Page 90 - Kelas 12 Hindu BS press
P. 90
Sehubungan dengan itu, maka timbulah ajaran tentang kelahiran kembali
”punarbhawa”, yang sudah dikenal pada zaman weda dan zaman brahmana.
Ajaran tentang kelahiran kembali atau punarbhawa pada zaman brahmana
dipandang sebagai karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Pada zaman
Upanisad sudah muncul suatu persoalan dan pertanyaan, seperti; mengapa
kehidupan seseorang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada orang yang
dilahirkan sebagai orang yang miskin, ada orang yang dilahirkan sebagai
orang yang kaya, orang cacat, ada yang cantik, ada yang tampan, namun
ada pula orang yang dilahirkan sebagai penjahat. Semua permasalah dan
persoalan itu dalam zaman Upanisad dijelaskan karena ada karma sebagai
suatu mata rantai kehidupan yang amat panjang. Karma bukan saja
menguasai kehidupan yang datang, juga kehidupan yang telah lalu serta
kehidupan pada masa sekarang. Kehidupan pada masa sekarang ditentukan
oleh kehidupan masa lalu, kehidupan masa sekarang menentukan kehidupan
masa yang datang.
Demikianlah manusia dilahirkan secara berulang-ulang, dalam ajaran
Agama Hindu yang disebut Punarbhawa. Bila seorang meninggal dunia,
badan halusnya terpisah dengan badan kasarnya, semua karma wesana
yang ada di badannya melekat pada badan halusnya. Badan halus hidup
bersama atman yang kemudian menjelma mengambil badan baru. Proses
punarbhawa ini sangat sulit diketahui oleh orang biasa, kecuali oleh para
maharsi karena semua itu kehendak dari Brahman itu sendiri. Tujuan hidup
tertinggi umat Hindu adalah dapat mencapai moksa atau kelepasan yakni
bersatunya atman dengan Brahman. Pada zaman Upanisad, jalan untuk
mencapai moksa dapat dilalui dengan jalan berbuat baik, bakti, tapa, brata,
dan yoga, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai kitab-kitab upanisad.
Pemikiran yang ada dalam kitab Upanisad sangat berpengaruh dalam tata
pikir ajaran agama Hindu yang sangat toleran terhadap berbagai macam
perbedaan yang ada. Oleh karena itu terjemahan kitab upanisad sebagai
satu kesatuan pemikiran untuk mendapatkan pandangan dan pegangan yang
lebih luas dan sempurna tentang weda sangat diperlukan. Secara historis
dapat diakui bahwa proses perkembangan agama Hindu pada hakekatnya
dimulai dari penafsiran otentik. Cara-cara itu telah dituliskan dalam kitab
Upanisad dan dalam kitab-kitab Brahmana. Tanpa memahami dasar-dasar
pengertian yang ada dalam kitab Upanisad, sulitlah memahami kedalaman
ajaran agama Hindu secara lebih baik.
Secara tradisi dalam kitab Muktika Upanisad disebutkan jumlah kitab
Upanisad itu ada seratus delapan (108) buah buku. Dari seratus delapan
buah buku itu dapat dikelompokan menurut weda sruti, sebagai berikut;
80 Kelas XII SMA/SMK