Page 21 - Monitoring Isu nasional periode 22-26 Agustus 2022
P. 21

Isu 1  Presiden Minta Gebuk Mafia Tanah



      (9/8)  Guru  Besar  Fakultas  Hukum  Universitas  Padjadjaran  (Unpad),  Prof.  Ida
      Nurlinda mengatakan, permasalahan hukum agraria, seperti maraknya kasus mafia
      tanah, salah satunya disebabkan peraturan yang saling tumpang tindih. Pada 2021,
      Badan  Pertanahan  Nasional  (BPN)  menerbitkan  sejumlah  Peraturan  Pemerintah
      yang  berkaitan  dengan  agraria  sebagai  tindak  lanjut  dari  UU  Cipta  Kerja.
      Sayangnya, ada ketidakselarasan peraturan agraria pasca UU Cipta Kerja tersebut
      keluar. Apalagi ada Peraturan Pemerintah, yaitu PP Nomor 18 Tahun 2021 tidak
      menyebutkan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) sebagai dasar rujukan.
      (15/8)  Menteri  ATR/BPN  Hadi  Tjahjanto  menjelaskan,  selain  tidak  terwujudnya
      kepastian  hukum  dan  keadilan  bagi  masyarakat,  mafia  tanah  juga  dapat
      menghambat pembangunan. Di samping itu, bisa berdampak pula terhada para
      pelaku usaha atau investor yang telah menanamkan modal untuk berinvestasi di
      Indonesia.  Pihaknya  mengaku  terus  melakukan  kerja  sama  dengan  kepolisian,
      pemerintah  daerah,  kejaksaan  untuk  melakukan  operasi  terhadap  mafia  tanah
      tersebut.  Pemberantasan  mafia  tanah  dapat  berjalan  dengan  baik  dengan
      memperkuat empat pilar. Antara lain Kementerian ATR/BPN, APH, badan peradilan,
      dan  pemerintah  daerah.    Kementerian  ATR/BPN  juga  memperbaiki  administrasi
      pertanahan untuk meminimalkan sengketa dan konflik serta mempersempit ruang
      gerak mafia tanah.
      Para mafia tanah bahkan melibatkan oknum ATR BPN, PPAT, maupun aparat desa,
      dengan cara memalsukan dokumen atas hak. Modus lainnya adalah memalsukan
      kependudukan, mencari legalitas di pengadilan, kolusi dengan oknum aparat untuk
      mendapatkan  legalitas,  dan  jual  beli  tanah  yang  tidak  dikuasai  secara  fisik.
      Kemudian,  penggelapan  dan  penipuan  korporasi  serta  pemalsuan  kuasa
      pengurusan hak atas tanah.

      (22/8) Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)
      Riyanta  meminta  Kementerian  ATR/BPN  memperbaiki  administrasi  pertanahan
      untuk meminimalisir sengketa dan konflik, serta mempersempit ruang gerak mafia
      tanah. Pertama dengan menegakkan disiplin di tubuh BPN.
      (22/8) Presiden Jokowi memaparkan, konflik tanah marak terjadi karena rakyat
      belum  memiliki  sertifikat.    Oleh  sebab  itu,  presiden  memerintahkan  Menteri
      ATR/BPN mempercepat sertifikat tanah dan memberantas mafia tanah.












                          19
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26