Page 45 - Hari Pertama Ben & Cerita Pendek Lainnya
P. 45

Jena  tertawa  menyaksikannya.  Aku  hanya  duduk
               terdiam,  menyaksikan  pemandangan  penuh  darah  di
               hadapanku.

               “Kalian  benar-benar  makhluk  penuh  dusta,”  kata  Silen
               yang tiba-tiba muncul di ruangan itu.

               “Apa maksud kamu?” tanyaku.

               Jena  tetap  asyik  tertawa,  begitu  pula  Rudi  yang  terus
               menikam  ayahku  berkali-kali,  sementara  ibuku  sedang
               kejang  meregang  nyawa,  disusul  Didot  yang  duduk
               dengan kepala tertunduk, dengan mulut botol menancap
               di  kepalanya,  menuangkan  darah  segar  menggenangi
               piring  makannya  dan  seisi  meja.  Mereka  seperti  tidak
               melihat kehadiran Silen sama sekali.

               “Mereka tidak bisa melihatku saat ini,” kata Silen.

               “Apa maksudmu penuh dusta?” tanyaku.

               “Jeff,  kamu  sama  sekali  tidak tersentuh  melihat  kedua
               orang tuamu sendiri bersimbah darah di meja ini?” kata
               Silen.

               “Bukankah  aturannya  jelas  kalau  di  dunia  ilusi  ini
               semuanya harus mengikuti skenario atau…” perkataanku
               dihentikannya dengan gestur menyuruh diam.

               “Siapa yang bilang kalau ini hanya dunia ilusi? Aku hanya
               menggunakan sihir untuk membuat kalian lupa waktu,”
               kata Silen sambil terkekeh.


                                                                    42
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50