Page 34 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 34

Dia  selalu  tahu  bagaimana  mencairkan  suasana.  Aku
               beruntung  bertemu  dia  di  pusat  penelitian,  meskipun
               terkadang,  aku  meragukan,  apakah  dia  benar-benar
               seorang pemerhati sejarah dan arkeologi sepertiku? Tapi
               rekomendasi dirinya datang dari profesor Darjat. Ah, aku
               mencoba membuang jauh-jauh pikiran negatifku tentang
               dirinya.

               “Kita kapan baliknya sih ke Indonesia?” tanya Adrian.

               “Beberapa  hari  lagi,  ya,  biar  aku  selesaikan  laporan
               penelitian dulu,” kataku sambil meraih gelas kopiku tepat
               di antara posisi kami berdua duduk.

               Aku  menyeruput  kopiku  sambil  menatap  Adrian.  Ada
               sesuatu yang misterius tentang sosoknya.

               “Kenapa  kamu  begitu  terobsesi  tentang  patung  itu,
               Moira? Indonesia punya lebih banyak artifak kuno untuk
               kamu eksplorasi,” kata Adrian.

               Cahaya  matahari  yang  mendadak  melembut,  perlahan
               tertutup oleh awan, bertransisi tepat di kulit wajahnya;
               putih, kuning, lalu sawo matang.

               “Patung itu punya daya tarik magis, Adrian. Ia tidak hanya
               akan  mampu  membantu  Gaza  secara  finansial,  juga
               berkontribusi pada budaya. Perhatian seluruh dunia akan
               tertuju  pada  kota  kecil  ini.  Sayangnya  pencarian  kita
               buntu  setelah  pertemuan  dengan  Ahmed  yang




                                                                    31
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39