Page 32 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 32
Rahasia Apollo
Yang ada di hadapanku hanyalah air laut yang tenang,
langit biru cerah dengan arakan awan putih yang terlihat
jarang, hamparan pasir pantai yang berwarna kuning
gelap, kemudian matahari yang cukup terik di siang itu.
Aku duduk tenang dengan kopi espresso latte
kesukaanku dalam kemasan gelas plastik tanpa sedotan
yang kubenamkan tepat di sampingku, sambil
memperhatikan catatan kecil yang kubuat di memo kecil
yang selalu kubawa ke mana-mana.
“Kamu masih betah berlama-lama di sini?” kata Adrian,
asistenku.
Ia terlihat gerah, sesekali mengibaskan topi yang
dikenakannya, sekujur tubuhnya basah oleh keringat.
Seragam khusus peneliti berwarna khaki yang kami
kenakan, tidak banyak berguna, hanya menambah derita
terpaan panas yang luar biasa ekstrim ini. Mungkin
seharusnya kami tidak tampil terlalu formal, tapi karena
situasi tempat ini yang memang tidak terlalu aman
karena pengaruh politik dan militer, kami jelas harus
ekstra hati-hati.
“Kamu sudah bosan?” tanyaku.
“Moira Cartez! Aku? Mengeluh? Yang bener aja! Kita
udah jauh-jauh datang ke sini, tapi hasilnya sia-sia!” kata
29