Page 80 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 80
menepuk bahuku dan lalu melangkah kembali ke
ruangannya.
Aku terjaga dari tidurku.
“Kakak seperti orang habis mimpi buruk deh,” celoteh
Arlin yang berdiri di depan pintu kamarku yang ternyata
tidak kututup.
“Ya, mimpi kamu sudah jadi nenek-nenek, sementara
kakak tetap cakep dan muda seperti ini,” jawabanku
disambutnya dengan gelak tawa.
“Ayo siap-siap makan malam. Ibu sudah menunggu kakak
di bawah,” kata Arlin.
“Oke, kakak segera turun ya,” jawabku sambil memberi
aba-aba agar ia turun duluan.
Aku melangkah ke kamar mandi di dekat ranjangku. Aku
berdiri di depan basin dan menyalakan keran air. Kedua
tanganku mengumpulkan cukup air lalu membasuh
wajahku.
Rasanya segar sekali. Aku melihat wajahku di hadapan
cermin. Sekarang kita sudah di rumah, dan mereka tidak
tahu, dunia segera berakhir. Tetap tenang, bersikap
seolah semuanya baik-baik saja, kataku kepada diriku
sendiri.
Setelah mengeringkan rambut dan wajahku yang basah
dengan handuk kecil, aku mematikan keran air dan
bergegas turun, menuju meja makan yang berada tepat
77