Page 75 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 75

Punah



               Tok tok tok!

               Awalnya  aku  tidak  yakin  dengan  niatanku.  Berdiri  di
               depan pintu rumah ini serasa kembali ke masa lalu, masa
               kecilku  yang  liar,  masa  remajaku  yang  penuh
               pemberontakan, hingga hari di mana aku melangkahkan
               kaki keluar melanjutkan kuliah ke negeri orang.

               Aku  bahkan  tidak  menghadiri  pemakaman  ayah,  aku
               justru lebih memilih sibuk menyelesaikan pekerjaanku di
               laboratorium.  Mereka  semua  menyalahkanku,  paman,
               bibi, dan adik-adikku. Hanya ibu yang tidak berkata apa-
               apa.  Hanya  ia  yang  tahu  betapa  aku  benci
               mengungkapkan perasaan sedihku yang sesungguhnya.

               Pintu dibuka oleh Arlin, adikku yang paling bungsu. Ia kini
               telah  setinggi  bahuku,  beranjak  menjadi  gadis  remaja
               yang  cantik.  Dalam  beberapa  kesempatan  aku
               melakukan video call dengan ibu, ia sempat menyapaku.
               “Kakak?” ia terkejut melihatku.

               “Hai…?”  jawabku  sambil  mengangkat  tangan  seolah
               hendak melambai menyapanya.

               Ia membiarkan aku masuk ke rumah, tanpa sepatah kata,
               dan bergegas melangkah ke dapur. Aku meletakkan tas
               ranselku  di  sofa  ruang  tamu.  Aku  melangkah  perlahan
               menyusul Arlin ke dapur.




                                                                    72
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80