Page 70 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 70
“Hah?” aku melihat sekelilingku berubah menjadi
dermaga di tepi sungai Chao Phraya, Bangkok, Thailand,
saat kali pertama aku melamarnya.
“Di sini, aku baru turun dari taksi perahu, menuju ke Wat
Arun, tapi kamu menghentikan langkahku tepat di sini,”
kata Silvi.
Aku berlutut di hadapan Silvi, mengeluarkan sebuah
kotak kecil dari kantong celanaku, kotak berisikan cincin
lamaran. Matanya tampak berkaca-kaca, ia seperti
hendak melompat histeris, dan sebelum aku bahkan
menyelesaikan perkataanku, ia sudah terlebih dahulu
menganggukkan kepalanya berulang kali.
Setelah mengenakan cincin itu di jari manisnya, aku
bangkit dan memeluknya. Silvi menghujaniku dengan
ciuman di bibirku. Itu adalah momen terbaik, di tengah
keramaian, di negeri orang, dan di saat matahari senja
membuat semuanya terlihat begitu sempurna.
“Saat itu, aku menjadi lebih bersemangat dan berhasil
menjalankan setiap misi yang ditugaskan kantor intelijen
dengan sukses. Kamu menjadi tujuan hidupku, Silvi,”
kataku kepadanya.
“Tapi hari itu, semuanya berubah, sayang,” kata Silvi
sambil menggerakkan gagang pintu yang entah dari
mana, muncul di hadapannya.
Di dalam pintu itu ada ranjang kami. Ia tidur lelap di
sampingku. Aku mengamatinya dengan tenang. Lekuk
wajahnya, matanya yang terpejam, bibirnya yang
67