Page 71 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 71
merona merah jambu, lalu cahaya merah berbentuk titik
yang muncul di kepalanya, bergerak, lalu…
Dorr!
Cipratan darah mengenai wajahku.
Aku terbangun seketika, menggerakkan kepala Silvi di
pangkuanku, tetapi jasadnya sudah tidak bernyawa. Aku
menegakkan tubuhnya ke hadapanku, mengguncang-
guncangkannya, tapi sia-sia. Aku bangkit dari ranjang dan
mencari jejak penembak misterius itu dari jendela yang
menghadap persis ke ranjang kami. Yang aku lihat hanya
deretan gedung apartemen, dan gedung pencakar langit,
kompleks perkantoran serta hiruk pikuk kendaraan
maupun pejalan kaki jalanan.
Butuh dua tahun lamanya, aku baru mampu
mengumpulkan semua kekuatan dan kesadaranku untuk
kembali bertugas menjalankan misi dari kantor. Hingga
akhirnya…
“Komplotan mereka ikut bertanggung jawab atas
kematian istrimu,” kata suara di telepon itu.
Aku mengemas semua senjata yang kumiliki, dan
bersumpah akan menuntut balas. Aku bertekad,
memastikan tidak seorang pun selamat. Semua demi
Silvi!
Satu! Dua! Tiga! Sepuluh! Dua puluh tiga!
Mayat-mayat itu tidak ada artinya lagi, tewas di
tembakanku yang membabi buta. Mereka terus
68