Page 76 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 76
“Bu, coba lihat siapa yang datang,” kata Arli ke ibu.
Ibu terkejut melihatku. Ia segera menghentikan
pekerjaannya di dekat kompor, lalu bergegas
menghampiriku. Ia memelukku erat.
“Untunglah kamu pulang, nak,” katanya sambil terisak.
“Jangan nangis, bu,” kataku sambil mengusap
punggungnya.
“Kamu pasti lelah sekali, nak. Pergi istirahat dulu di
kamarmu, dan nanti ibu panggil kalau makan malam kita
sudah siap,” katanya sambil mengajakku keluar dari
dapur.
“Kamar kakak masih tetap rapi, dibersihkan tiap hari,”
kata Arlin.
“Mana Sinta?” tanyaku ke mereka.
Arlin menatap ibu, keduanya terdiam.
“Nanti kita bahas, nak. Istirahatlah dulu sejenak,” kata
ibu yang kemudian berbalik kembali ke dapur.
“Ada yang bisa saya bantu, kak?” tanya Arlin.
“Tidak apa-apa, dek. Kakak juga cuma bawa tas ransel ini.
Pakaian lama kakak masih ada di kamar atas, kan?”
pertanyaanku dibalas dengan anggukan oleh Arlin.
Aku meraih tas ranselku di sofa dan bersiap naik ke
loteng.
73