Page 81 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 81
di dekat dapur. Di situ ada ibu dan Arlin yang sudah
duduk bersebelahan dan menantikanku.
Aku mengambil tempat duduk tepat di hadapan ibu. Ia
tersenyum melihatku.
Di atas meja di hadapanku ada aneka lauk istimewa
buatan ibu; daging rendang, ikan goreng saus tomat, sup
brenebon kacang merah daging sapi, serta perkedel
jagung lengkap dengan sambal terasi.
“Mari kita makan,” kata ibu yang kusambut dengan
segera menyuapkan nasi dan lauk masakannya tersebut
ke mulutku secara lahap.
“Pelan-pelan, kak, kayak diburu orang aja,” kata Arlin.
“Udah lama gak makan masakan ibu,” jawabku.
Tiba-tiba bumi bergetar, seisi rumah bergoncang hebat.
Sekitar tiga detik, lalu kembali tenang.
“Cuma gempa biasa aja, ayo kembali makan,” kataku
menenangkan ibu dan Arlin yang terlihat panik.
“Tadi ibu bilang mau cerita ada apa dengan Sinta,” kataku
mengalihkan perhatian mereka.
Arlin menatap ibu dengan mata berkaca-kaca. Ia seperti
ingin berbicara, tetapi ia memutuskan bungkam.
“Adikmu Sinta meninggal dua bulan lalu, nak,” jawab ibu
sambil terisak.
78