Page 87 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 87
“Tidak harus membosankan,” suara itu membuatku
seketika bangkit dari sofa.
“Siapa?” tanyaku.
“Kamu harus berjanji dulu tidak akan berteriak kalau
melihatku,” kata suara itu.
“Baik, aku berjanji, sebagai seorang pria sejati,” jawabku.
Pria itu muncul di hadapanku. Penampilannya begitu
rapi, dengan setelan serba hitam.
“Paman Henry!” aku bergegas menghampirinya dan
memeluknya.
“Ponakan kesayanganku,” katanya sambil balas
memelukku.
“Apakah paman akan bermalam di sini? Paman akan
menemaniku bermain, kan?” kataku tidak sabar.
“Lord Henry akan tinggal selama akhir pekan, menjaga
kamu saat ibu pergi ke acara Countess Rawles,” kata ibu
yang tiba-tiba muncul di dekat kami.
Ibu terlihat penuh wibawa, rambutnya digelung tinggi,
mengenakan gaun Sabrina biru muda kesayangannya.
“Dan kita masih bersikap sangat formal di rumah ini,”
sambut paman Henry ke ibu.
“Setiap bangsawan punya etika. Seperti apa yang
diajarkan oleh Ratu kita,” jawab ibu.
84