Page 89 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 89
“Tapi aku senang paman Henry datang untuk
menemaniku, nyonya Dally. Ia seolah ayahku sendiri,
yang tidak pernah aku lihat sejak lahir,” kataku.
Nyonya Dally menghentikan kegiatannya.
“Oh, tuan Chester, kamu masih begitu muda dan lugu.
Ah, sudahlah, ayo, tuanku, segera susul ibumu ke ruang
makan,” katanya sambil menepuk kedua pundakku dan
menuntunku berjalan keluar dari kamar.
Di meja makan, ibu duduk di sebelah kanan paman
Henry. Aku duduk mengambil tempat berhadapan
dengan paman Henry.
Aku tersenyum melihat paman Henry.
“Chester Junior! Itu tidak sopan! Alam memberi kita bibir
untuk menyembunyikan gigi kita,” tegur ibu.
Aku kembali menundukkan kepala. Paman Henry
memberi aba-aba agar diam saja.
Waktu makan terasa seperti neraka. Beberapa kali
paman Henry mencoba mencairkan suasana dengan
menceritakan perjalanannya ke berbagai daerah di
Britania Raya. Ia naik kereta api, dan itu terdengar ajaib
di telingaku. Ibu hanya berkomentar sesekali.
“Besok ibu akan berangkat ke rumah Countess Rawles.
Ibu harap kamu tetap disiplin bersama Lord Henry di
sini,” kata ibu sebelum menyuruhku kembali ke kamar
dan beristirahat.
86