Page 92 - Rencana & Cerita Pendek Lainnya
P. 92
Mereka berciuman mesra, berpagut bibir satu sama lain,
disertai suara desah sesekali, seolah semua pertengkaran
tadi hanya mimpi belaka.
Aku memutuskan kembali ke kamarku, melupakan apa
yang baru saja aku lihat dan dengarkan.
Mengapa ibu tidak pernah jujur kepadaku? Paman Henry
adalah ayahku? Nyonya Dally juga tidak pernah bilang
apa-apa? Ada banyak sekali pertanyaan yang
mengganggu di benakku. Mereka sudah berbohong
selama ini.
Aku kembali berbaring di ranjangku, dan memejamkan
mata.
Apa yang bisa dilakukan bocah 12 tahun seperti aku
untuk memberitahu mereka, apa yang aku rasakan
sekarang?
Aku bisa apa? Entah.
Aku tidak ingin membuat mereka sedih.
Perlahan, aku tertidur lelap, berharap besok aku lupa
dengan semuanya.
“Pangeran kecil,” sapa suara itu.
Aku merasa terlalu malas untuk bangun, aku berpura-
pura tetap tertidur.
“Bangun sekarang dan paman akan mengajakmu pergi
berkuda ke bukit di seberang,” kata paman Henry sambil
menepuk tanganku berkali-kali.
89