Page 21 - Matinya Seorang Anak Muda di Negeri Ini & Cerita Pendek Lainnya
P. 21

12.10



               Tidak banyak yang bisa dilihat di sini, hanya perbukitan,
               ilalang, sejumlah pohon, deretan batu nisan, dan kami
               berempat.

               Rumah  terdekat  dari  kami  berjarak  setidaknya  tiga
               kilometer.

               Jam dua belas lewat lima menit, tengah malam, dan tidak
               hanya  udaranya  yang  dingin  membuat  sekujur  tubuh
               kami  menggigil.  Aku  melihat  wajah  Lela  yang  gugup,
               berusaha       menyembunyikan        rasa     takutnya,
               memperhatikan sekeliling. Sarwo asyik mengetik pesan
               dari telepon genggamnya. Tri hanya menatapku dengan
               kesal, sedari tadi ia tidak suka dengan ide gila datang ke
               sini.

               “Jadi? Kita ngapain lagi, nih?” kata Tri.

               Aku  tersenyum  melihatnya,  lalu  mengalihkan  cahaya
               senter  yang  kupegang  ke  satu  titik  di  dekat  kami,
               memberi  isyarat  agar  mereka  mendekat  dan  duduk
               membentuk lingkaran.

               Sebuah pohon kudo atau yang akrab disebut kayu jawa,
               tampak  menjulang  dengan    cabang  rantingnya  yang
               menjalar  kemana-mana,  seperti  rangkaian  garis  tidak
               beraturan,  sekilas  tampak  seperti  sekelompok  orang
               bertubuh jangkung dengan tangan yang mencoba meraih

                                                                    18
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26