Page 23 - Matinya Seorang Anak Muda di Negeri Ini & Cerita Pendek Lainnya
P. 23
“Kalian lucu deh, udahan dong bercandanya,” kata Tri
dengan gugup.
“Kita pegangan tangan semua, ayo,” kataku.
Meski terlihat ragu, akhirnya Tri memutuskan patuh
dengan perkataanku.
“Tangan kalian terasa dingin, sebentar lagi masuk angin,
lho,” kata Tri sambil tertawa kecil, yang sayangnya tidak
dibalas oleh satupun dari kami.
Kelebat bayangan hitam terlihat mendekati kami, tepat
di belakang Tri, tanpa disadarinya.
“Kita pergi, yuk, cuacanya terasa aneh,” kata Tri yang
berusaha melepas pegangan tangannya, tetapi aku dan
Sarwo yang kebetulan di kedua sisi tangannya malah
memegang kian erat.
Lela bangkit menyergap tubuh Tri, duduk tepat di atas
perut pemuda itu sambil tetap memegang tanganku dan
tangan Sarwo.
Bayangan hitam itu berada tepat di depan kepala Tri yang
berbaring di tanah, matanya membelalak melihat
sepasang mata berwarna merah darah yang mendekati
wajahnya.
“Waktunya makan, Tuan,” kataku kepada bayangan
hitam itu.
20