Page 317 - test yy
P. 317
310 “Mewujudkan Kemandirian Indonesia Melalui Inovasi Dunia Pendidikan”
berkembang konsep mengenai Spiritual Qoutient (SQ)
sebagai antitesa dari konsep Intelectual Quotient (Q).
Kecerdasan spiritual dipandang sebagai salah satu
kecerdasan yang paling tinggi dibanding kecerdasan-
kecerdasan yang lain. Menurut Khalil Khavari, kecerdasan
spiritual adalah kecakapan dalam dimensi non-material dan
jiwa kemanusiaan seseorang. Selain itu kecerdasan spiritual
juga tidak harus berhubungan dengan agama. Roberts A.
Emmons menegaskan dalam bukunya The Psychology of
Ultimate Concerns, SQ adalah kecerdasan jiwa yang dapat
membantu seseorang membangun dirinya secara utuh.
Dalam kaitannya dengan ini, "SQ tidak bergantung pada
budaya dan tidak mengikuti nilai-nilai itu sendiri". Seorang
anak terlahir sebagai makhluk spiritual, semua bayi yang
dilahirkan memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi.
Namun apabila tidak dibina dan dikembangkan dengan
baik oleh orangtuanya, maka lambat laun kecerdasan ini
bisa memudar. Emmons menambahkan, bahwa seorang
anak yang merasakan kehadiran Tuhan melampaui hal-hal
yang bersifat fisik dan material, akan mampu
menggabungkan kesadaran dalam lingkungannya dengan
alam semesta yang lebih luas. Apa yang dilihat oleh seorang
anak tidak terbatas dengan apa yang ia saksikan melalui
alat inderawinya semata. Selain itu tegas Emmons, dengan
memiliki kecerdasan spiritual yang mumpuni, seorang anak
akan memiliki karakteristik (1) kemampuan untuk
mentransendensikan yang fisik dan material, (2)
kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang
memuncak, (3) kemampuan untuk mensakralkan
pengalaman sehari-hari, (4) kemampuan untuk
menggunakan sumber-sumber spiritual untuk
menyelesaikan masalah dan (5) kemampuan untuk berbuat
baik. Demikian pula halnya Marsha Sinetar dalam bukunya
Spiritual Intelligence: What We Can Learn from the Early