Page 184 - Toponim Magelang_Final
P. 184

Toponim Kota Magelang    171












                      2. Kliwonan


                      Seperti halnya Jayengan, Kampung Kliwonan juga memiliki keterkaitan erat dengan
                      struktur birokrasi kabupaten sebagai sistem pemerintahan tradisional di Kota Magelang
                      abad XIX. Kampung ini berasal dari kata kliwon, yang merujuk pada sosok pejabat
                      dalam  struktur birokrasi  lama  Kerajaan  Mataram  Islam  abad  XVII-XVIII. Kliwon
                      adalah pejabat setingkat Asisten Wedana dalam struktur birokrasi pribumi yang lebih
                      modern, dan membawahi suatu daerah tertentu. Posisinya berada di bawah bupati dan
                      membantu bupati menjalankan pemerintahan di daerahnya. 122

                      Selain analogi berdasarkan jabatan lama, Kampung Kliwonan dikaitkan pula dengan
                      salah satu hari dalam pasaran Jawa, kliwon. Pada hari ini, aktivitas pasar biasanya ramai
                      dilaksanakan para pedagang yang tinggal di sekitar lokasi ini. Jadi bila di kampung
                      itu terdapat pasar, ada kemungkinan nama kampung berasal dari aktivitas pasar yang
                      berlangsung pada hari pasaran Kliwon.  Mengingat di Kota Magelang lokasi Kampung
                                                       123
                      Kliwonan tiada  kaitannya dengan pasar  atau bekas pasar, maka  analisis  keterkaitan
                      sebutan Kliwonan dan hari pasaran mandeg.


                      Namun demikian di masa kolonial, kampung ini dikenal sebagai tempat tinggal para kuli
                      tembakau. Seiring maraknya pangsa pasar tembakau Kedu di pasar internasional dan
                      menjadi salah satu komoditi ekspor andalan karesidenan ini, nama Kampung Kliwonan
                      sempat naik awal dekade 1930-an ketika resesi ekonomi mulai melanda tanah Hindia
                      Belanda. Kehidupan di kampung ini tidak bisa dilepaskan  dari aktivitas  panen dan
                      pengepakan serta pengangkutan tembakau dari Kota Magelang keluar daerah, yang
                      dikenal sebagai daerah penimbunan dan penampungan tembakau dari Temanggung,
                      Parakan, Magelang dan sekitarnya. 124

                      122  Tentang posisi dan status yang jelas pejabat seperti kliwon dalam struktur hirarki feodal lama,
                      sulit kepastian diperoleh mengingat masa itu jabatan lebih ditentukan pada jumlah orang yang di
                      bawahinya ketimbang luas wilayah yang ditetapkan dengan batas-batas administratif. Selain itu jumlah
                      bawahan  yang  disebut  cacah  ini  berubah-ubah  sepanjang  waktu.  Suatu  saat  Kliwon  membawahi
                      warga sebanyak dua ribu cacah, di saat yang lain bisa lebih atau kurang tergantung pada kepadatan
                      penduduknya. Umumnya di keraton, kliwon berada di bawah seorang demang. Jadi bisa disetarakan
                      camat dan kepala desa dalam hirarki modern bentukan rezim kolonial. Tetapi dalam struktur birokrasi
                      kolonial, tiadanya sebutan jabatan tradisional, jabatan kliwon disetarakan asisten wedana (camat).
                      Suhartono.  Bandit Bandit  Pedesaan:  Studi  Historis 1850-1942  di Java.  (Yogyakarta:  Aditya  Media,
                      1995). hlm. 55.

                      123  Olivier Johannes Raap. Kota di Djawa Tempo Doeloe. (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,
                      2015). hlm. 159.
                      124  “De Tabaksmarkt”, dalam Algemeen Handelsblad, tanggal 6 Desember 1931, lembar ke-2.
   179   180   181   182   183   184   185   186   187   188   189