Page 179 - Toponim Magelang_Final
P. 179
166 Toponim Kota Magelang
itu menggambarkan dimulainya proses kehidupan dengan berinteraksinya semua unsur
alam yang disebut Pancamahabhuta.
114
Dari gunungan sebagai lambang ekosistem, lagi-lagi kita belajar mengenai unsur
alam. Ada gambar pintu gerbang melambangkan batas antara alam dunia dengan
alam adikodrati, disebut kahyangan. Gambar rumah merupakan tempat para dewa di
kahyangan maupun ruang hunian manusia di bumi. Selanjutnya unsur pohon, dalam
tradisi Hindu yang kental mempengaruhi pemikiran manusia Jawa dimaknai sebagai
tempat roh-roh bersemayam. Sejatinya, pohon memberi kehidupan bagi manusia.
Antara lain, menghasilkan oksigen untuk pernapasan, sumber makanan dan memayungi
batok kepala.
Berikutnya, binatang harimau dan lembu di kiri kanan pohon menunjukkan
keseimbangan binatang buas dan binatang jinak. Lembu meringankan tugas petani,
memberi daging untuk dikonsumsi dan kotoran untuk pupuk. Masih ada lagi kala
makara atau sohor disebut banaspati sebagai makhluk halus penjaga hutan, dan mitosnya
dirawat demi menakut-nakuti kepada siapapun yang hendak merusak ekologi hutan.
Nenek moyang orang Magelang tak pernah lelah mencekoki kawruh perihal gunung
melalui upacara ritual dan wayang yang dibungkus mitos supaya kita tidak abai pada
(pengetahuan) pegunungan, sekalipun ukurannya kecil dan mijil (menyendiri).
Dalam kehidupan sehari-hari, Gunung Mijil ini bisa juga mengingatkan warga Magelang
bahwa banyak gunung yang mengelilingi Kota Magelang bikin pemandangannya menjadi
indah. Tahun 1901, seorang missionaris bernama Van Den Heuvell mengatakan bahwa
daerah Magelang bagaikan wilayah yang berada di tengah permadani hijau yang abadi
terbentang di Pulau Jawa dengan dikelilingi pegunungan, seperti Sumbing, Merapi,
Sindoro, dan Merbabu. Tak ayal, Kota Magelang diganjar julukan “The Tuin van Java”. 115
114 Pelajari Woro Aryandini. Wayang dan Lingkungan. (Jakarta: Penerbit UI, 2002).
115 Baca Wahyu Setyaningsih. Perkembangan Infrastruktur Kota Magelang (1900-1942). Tesis. (S2
Sejarah, FIB: UGM Yogyakarta, 2014).