Page 175 - Toponim Magelang_Final
P. 175

162         Toponim Kota Magelang












                                  5. Jaten


                                  Tradisi lisan menyebut, Kampung Jaten bermula dari lokasi untuk menumpuk kayu jati
                                  di masa lalu. Dalam pandangan tradisional, hanya kayu jati yang layak diberi predikat
                                  “sejatining kayu” karena mampu bertahan lama nyaris tanpa mengalami penurunan
                                  kualitas  sama  sekali. Sementara  kayu lain  hanya  disebut “kayu tahun” karena daya
                                  tahannya hanya dalam bilangan tahun, bukan dalam hitungan abad seperti kayu jati.

                                  Muncul penafsiran sedikit berbeda, yakni daerah ini bekas area yang ditanami pohon jati.
                                  Kendati berbeda, kedua penafsiran ini tetap mengacu pada unsur jati (Tectona grandis).
                                  Menurut penekun perkebunan, Renville Siagian dalam tulisan Tumbuhan sebagai Pertapa
                                  Sejati (2017) menyebut muasal tumbuhan jati di Jawa adalah dari Gujarat, India, yang
                                  dibawa oleh para pedagang India yang datang ke Jawa kala itu. Diduga penguasa Jawa
                                  masa itu menganggap jati sebagai pohon suci. Lantas, mengimpornya dari Kalingga di
                                  Pantai Timur India Selatan yang sejak abad II menanamnya di sekitar candi. Pohon jati
                                  memang banyak ditemukan di sekitar candi di Jawa untuk menghormati Dewa Shiwa.
                                  Awalnya hutan jati di Jawa ialah hasil penanaman pada akhir era Hindu. 112


                                  Dari keterangan botani cum sastrawan Imam Budi Santoso (2017), pohon jati adalah
                                  satu-satunya  pohon berkayu yang  paling  dibutuhkan  dan  digunakan  kayunya  untuk
                                  bangunan maupun perkakas rumah tangga. Harga kayu jati pun cukup mahal, atau
                                  justru paling mahal diantara jenis kayu bangunan yang menjadi komoditi perdagangan.
                                  Orang Jawa mengenal aneka jenis pohon jati, yakni jati lengo atau jati malam, jati sungu,
                                  jati werut, jati doreng, jati kembang, dan jati kapur. Periode kolonial, pembudidayaan
                                  pohon jati di Indonesia bukan monopoli pemerintah saja melainkan juga diusahakan
                                  oleh rakyat. Maka, tidak mengherankan jika orang Jawa sangat “memuja” kayu jati.
                                  Terbukti lebih 200 desa di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta yang menggunakan
                                  nama jati sebagai nama desa mereka, termasuk Jaten di Magelang.

                                  Pohon jati dapat tumbuh meraksasa hingga ratusan tahun dengan ketinggian 40-45
                                  meter dan diameter 2,5 meter. Sedangkan pohon yang dianggap baik adalah  yang


                                  112  Renville Siagian “Tumbuhan sebagai Pertapa Sejati” pengantar dalam Imam Budi Santoso. Suta
                                  Naya Dhadhap Waru: Manusia Jawa dan Tumbuhan. (Yogyakarta: Interlude, 2017).
   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180