Page 187 - Toponim Magelang_Final
P. 187

174         Toponim Kota Magelang












                                  4. Keplekan


                                  Kampung lain yang memiliki analogi dengan konotasi negatif seperti halnya Garongan
                                  adalah Keplekan. Nama ini berasal dari kata keplek yang berarti bermain kartu atau
                                  berjudi.  Hal tersebut disebabkan oleh kenyataan bahwa di kampung itu silam ramai
                                        126
                                  dengan kegiatan perjudian kartu dan apakah dilegalkan atau tidak, kenyataan tetap
                                  menunjukkan di kampung ini orang-orang berkumpul melakukan bentuk perjudian
                                  dengan kartu. 127

                                  Terkait kegiatan itu, di sejumlah kota diketahui punya lokasi perjudian kartu tidak jauh
                                  letaknya dari sentra kegiatan ekonomi sebagai pusat sirkulasi uang lokal. Umumnya
                                  para pemborong rumah judi membuka usahanya di dekat pasar, sebab pasar dianggap
                                  sumber perputaran uang dan pusat kegiatan perekonomian teramai di kota. Dari situ
                                  tersembul asa, ada daya tarik tersendiri yang menguntungkan dengan kehadiran rumah
                                  judi yang sohor sebagai pusat perjudian (keplekan). 128                   Sumber: https://www.google.com/maps

























                     Lokasi Kampung
                          Keplekan


                                  126  Soesilo. Kejawen: Philosophi dan Perilaku. (Jakarta: Yayasan Yusula, 2006). hlm. 15.
                                  127  Pada era kolonial, pemerintah Hindia Belanda melegalkan aktivitas perjudian termasuk kartu
                                  dengan sistem borongan (pachtstelsel). Borongan untuk rumah judi ini diberikan kepada penawar
                                  tertinggi  yang  akan  memungut  keuntungan  dari  orang-orang  yang  bermain  judi,  di  samping  juga
                                  menjadi bandarnya. Benny G. Setiono. Tionghoa dalam Pusaran Politik. (Jakarta: Gramedia, 2008).
                                  hlm. 97.

                                  128   Pax  Benedanto.  Kesusastraan Melayu  Tionghoa  dan  Kebangsaan Indonesia,  jilid  I.  (Jakarta:
                                  Kepustakaan Populer Gramedia, 2002). hlm. 185.
   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192