Page 52 - Toponim Magelang_Final
P. 52
Toponim Kota Magelang 39
Demikian pula di Magelang yang bisa dipastikan populasi badak jauh lebih kecil
dibandingkan kuda (teringat toponimi Jaranan) atau ayam (Jagoan), misalnya, yang
gampang didapati di banyak tempat. Saking terkesan, mudah mengingat badak, dan
upaya menjaga keberadaan badak, maka nama binatang itu wajar jika dicomot sebagai
nama kampung. Periode kolonial, badak diperkirakan telah hadir di Magelang dan
Pulau Jawa umumnya. Pernyataan itu diperkuat dengan kisah riset pertama badak Jawa
dikerjakan ilmuwan eksak dari luar daerah tahun 1787, ketika dua binatang ditembak
di Jawa. Tulang badak Jawa dikirim ke penyelidik alam Belanda Petrus Camper, yang
tutup usia pada 1789 sebelum sempat mempublikasikan temuannya bahwa badak Jawa
merupakan spesies istimewa. Keberadaan badak di Jawa diperkuat dengan kesaksian
Junghuhn saat mendaki Gunung Pangrango pada 1839. Ia melihat dua badak Jawa,
satu ekor tengah berendam di sungai kecil dan satu ekor lain berada di pinggir sungai.
Ditemukan pula lukisan tahun 1861 menggambarkan perburuan badak Jawa.
Mengacu tanah Magelang subur untuk aneka macam tumbuhan di masa lalu, badak
bercula satu kecil (Rhinoceros sondaicus) ini mudah beradaptasi dengan lingkungan.
Badak Jawa merupakan binatang herbivora dan melahap aneka macam spesies tanaman,
terutama tunas, ranting, dedaunan muda, dan buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan
disukai badak ini tumbuh di kawasan yang tersiram sinar mentari: pada pembukaan
hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon besar. Badak menjatuhkan
pohon muda untuk mencapai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang
dapat memegang. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan per hari, dan memerlukan
garam untuk makanannya. 10
Menimbang karakter binatang, masyarakat Magelang terkadang gusar dengan
keberadaan badak, namun anehnya malah menyatu di hati dan dipakai sebagai nama
kampung. Satwa ini tak jarang menjadi agresif jika bertemu dengan manusia di hutan.
Badak memiliki indera pendengaran dan penciuman tajam, namun indera penglihatan
hanya memiliki jarak pandang terbatas. Ia juga bisa tenang dengan pengecualian ketika
mereka berkembang biak dan inang mengasuh anaknya. Badak Jawa dewasa tidak
memiliki hewan pemangsa sebagai musuh. Badak Jawa biasanya menghindari manusia,
tetapi dapat balik menyerang jika merasa terganggu.
10 http://www.mongabay.co.id/2016/12/31/kisah-badak-jawa-yang-kini-hanya-ada-di-ujung-kulon/
diakses 16 Maret 2018.