Page 71 - Stabilitas Edisi 199 Tahun 2023
P. 71

ampaknya, ancaman pada
                  pembobolan data pribadi
                  tidak akan berkurang hingga
          Takhir tahun ini bahkan
          sampai 12 bulan ke depan. Penyebabnya
          tidak lain karena banyak institusi
          bisnis yang menganggap saat ini masih
          tahap transisi sehingga mereka tidak
          terlalu terburu-buru melengkapi sistem
          keamanan mereka.                         BERBICARA HUKUM
            Masih belum lengkapnya aturan         TEKNOLOGI, PRINSIP
          teknis serta masih lamanya pengenaan
          denda administratif bagi mereka                TRANPARANSI,
          yang belum meningkatkan keamanan              AKUNTABILITAS,
          pengelolaan data nasabah dan sistem     KEPERCAYAN HARUS
          internalnya menjadi alasan lain.
          Sebagaimana diketahui, berdasarkan           DIJAGA. APALAGI
          Undang-Undang Perlindungan Data     DALAM IKLIM EKONOMI
          Pribadi, pengenaan sanksi administratif
          bagi lembaga yang sistem keamanannya    DIGITAL. KITA MASIH
          di bawah standar baru dimulai 17              BERKUTAT SOAL
          Oktober 2024.
            Meski begitu jangan lupakan                PERSONAL DATA,            Sinta Dewi, Guru Besar Hukum
          ancaman lain yang sudah di depan mata:   NEGARA LAIN SUDAH             Siber Universitas Padjajaran
          perkembangan Artificial Intelligence (AI).
          Menurut Sinta Dewi, pengamat Hukum           BICARA SOAL AI.
          Siber Universitas Padjajaran, teknologi   MAKA HARUS SEGERA
          AI mengungkap sebuah risiko baru
          yang dapat menimbulkan permasalahan    DIRESPONS. KARENA
          hukum, terkait perlindungan data    AI ADA IMPACT KEPADA
          pribadi.
            Indonesia tidak bisa melepaskan               DATA PRIBADI.
          diri dalam perkembangan ekonomi
          digital global yang memiliki prinsip
          utama kepercayaan dalam menjaga
          akuntabiltias, transparasi data privasi.
          Maka dari itu, kehadiran Undang-
          Undang PDP tahun lalu, menurut Sinta   bidang hukum siber di Indonesia.  Adanya pelanggaran data privasi
          sudah menjadikan Indonesia sejajar   Dia melanjutkan, perlindungan   dalam penggunaan AI ini bagi institusi,
          dengan negara-negara lain.        data privasi menjadi sangat penting,   baik pemerintah maupun korporasi,
            Biar begitu, aturan tersebut, kata   terutama jika data pribadi yang diproses   dapat menyebabkan rusaknya reputasi
          Sinta, harus dikembangkan hingga   adalah data pribadi spesifik atau sensitif   instansi, kerugian finansial, dan sanksi
          menyentuh perkembangan teknologi AI   seperti data biometrik. Sebagai contoh   hukum. Tetapi, sampai saat ini banyak
          yang tidak bisa dibendung. “Berbicara   adalah sidik jari, face recognition,   negara masih mencari model pengaturan
          hukum teknologi, prinsip tranparansi,   retina mata, DNA telapak tangan, suara   yang tepat, dalam mencari keseimbangan
          akuntabilitas, kepercayan harus dijaga.   pengenalan perilaku yang diproses tanpa   antara inovasi dan perlindungan dalam
          Apalagi dalam iklim ekonomi digital. Kita   persetujuan subjek data. “Hal ini juga   kaitannya dengan teknologi informasi
          masih berkutat soal personal data, negara   mencakup pemilihan tentang sasaran dan   dan komunikasi.
          lain sudah bicara soal AI. Maka harus   profilisasi, yang dapat mengintensifkan   Sementara itu, Ketua MPR Bambang
          segera direspons. Karena AI ada impact   pengumpulan data pribadi,” ucap   Soesatyo mengakui bahwa saat ini, dunia
          kepada data pribadi,” jelas perempuan   Sinta, yang resmi mendapatkan gelar   tengah dihadapkan pada perkembangan
          yang menjadi profesor pertama dalam   Profesornya September lalu.    AI dalam berbagai bentuk platform yang


                                                                             www.stabilitas.id   Edisi 199 / 2023 / Th.XVIII  71
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76