Page 91 - ASPPUK_FellowshipJurnalistik
P. 91
plastik. Namun, sampah organik dapat Mudah untuk Membeli
diuraikan oleh alam. Sementara, sampah
plastik tidak dapat terurai dan hilang di Produk Guna Ulang
alam, sampah plastik hanya berubah bentuk Konsumen juga mudah membeli produk
dan menyebabkan masalah baru, yaitu guna ulang di mitra terdekat Alner atau
mikroplastik. secara online. Apabila produk habis,
konsumen dapat mengembalikan kemasan
Saat ini, Indonesia juga menargetkan ke tempat pembelian semula atau meminta
pengurangan sampah oleh produsen kurir Alner untuk mengambilnya.
sebanyak 30% pada akhir tahun 2029. KLHK
memberikan mandat kepada produsen Selain itu, kemasan yang dikembalikan akan
untuk mengurangi sampah kemasannya dibersihkan di kantor Alner di Kemang,
dalam kurun waktu 10 tahun. Regulasi Jakarta Selatan. Setelah sterilisasi, wadah
tersebut tertera dalam Peraturan Menteri diisi ulang dengan produk dari produsen
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen yang bekerja sama dengan Alner. Jika sebuah
LHK) Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta wadah rusak dan tidak dapat digunakan,
Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. mitra daur ulang Alner siap membantu. Jadi
tidak ada sampah yang tersisa dalam sistem
Melalui peraturan ini, produsen wajib guna ulang ini.
menyusun dokumen perencanaan
pengurangan sampah secara bertahap Tercatat pada tahun 2019 sampai 2023
dengan target pengurangan sampah seluruh startup yang Enviu Indonesia
sebesar 30% pada 2029. Aturan tersebut kembangkan berhasil mengurangi dan
mewajibkan produsen melakukan reduce, mencegah 25 juta keping plastik sekali
reuse, recycle (3R) untuk membatasi lima pakai terlepas ke lingkungan.
jenis plastik hingga akhir tahun 2029.
Alner sebagai perusahaan rinitisan dari Perempuan Hadapi Tantangan
Enviu telah membuka jalan mudah bagi
produsen untuk mengurangi sampah plastik
dari hulu dengan guna ulang. Salah satunya Direktur Asosiasi Pendamping Pelaku Usaha
Alner kini telah bekerja sama dengan Mikro Kecil Menengah (ASPPUK), Emmy
sekitar 10 produsen di Industri Fast Moving Astuti mengatakan, pengusaha perempuan
Consumer Goods (FMCG) skala nasional kerap menghadapi berbagai tantangan.
dan internasional. Perempuan masih kekurangan akses atau
kesempatan terhadap pelatihan dan sangat
terbatasnya pengembangan teknologi
“Dalam membangun kesadaran untuk menjalankan usaha.
konsumen untuk bisa beralih ke sistem
guna ulang perlu dibarengi dengan
perilaku, infrastruktur, dan penguatan “Tantangan itu juga datang dari sosial
budaya dan gender. Stereotip negatif
regulasi. Konsumen akan lebih mudah kepada perempuan misalnya kaya ngapain
menerapkan ketika melihat apa yang sih capek-capek berbisnis nanti nggak ada
harus mereka lakukan.” yang mengurus suaminya. Biasanya kadang
ada yang nyinyir kok jadi wanita karir?
Fellowship Jurnalistik Perempuan, Bisnis Berkelanjutan dan Perubahan Iklim 91