Page 21 - DOC, NASKAH SIMBOK DR PENERBIT_Gorgeous
P. 21
dadu, sulit ditebak untuk menentukan sisi mana kita
berpeluang. Ada saatnya kita harus merelakan semua
kebencian dengan kepasrahan hanya kepada Sang
Pemilik jagat raya, Gusti Allah Pengeran.”
Istri pakde:“Lha kalau diiklaskan ya kesenengen to, Pak. Biar
kapok ya harus dikasih pelajaran, si Gatot itu.”
Ndaru :“Kalau begitu saya pamit dulu, Pakde, Bude. Terima
kasih dan mohon maaf sudah merepoti Pakde Parto
sekeluarga.” (Ndaru melangkah pergi dengan pikiran
yang terus merayap. Mencari jawab atas segala
kepanikan-kepanikan untuk menjawab pertanyaan
emak, menjelaskan tentang kisah-kisah bahagia
Mbak Mega kepada Wulan dan sudah pasti saat ini
di masa paceklik sangat memerlukan uang untuk
membeli keperluan hidup apalagi emak sudah harus
memeriksakan mata dan kakinya yang makin parah.
Langkahnya makin dekat dengan rumah, terlihat
beberapa orang bergegas mendekati rumah Mega.
Ada sedikit sayup tangisan Wulan yang tak biasa.
Langkahnya semakin cepat menyangga tongkat untuk
menggerakan telapak kakinya yang kecil.)
Ndaru :“Permisi, ada apa ini kok ribut-ribut?” (Bergegas
menghampiri Wulan dan emak. Tangan emak dingin,
wajahnya pucat. Wulan masih terisak kaget melihat
emak terjatuh. Sejak ditinggal Ndaru, emak sedang
tiduran bersama Wulan.)
Wanita 1 :“Ibumu, Mas Ndaru, tadi terjatuh dari tempat tidur.
Sekarang tak sadar, jantungnya lemah sekali.”
Ndaru :“Mak! Emak, bangun, Mak! Mak! (Memeriksa
pergelangan tangan dan dada. Detaknya sudah tidak
ada.) Innalillahi wainna ilaihi rojiun.
Emak sudah pergi, Mbakyu.” (Ndaru membaringkan
tubuh emak dengan posisi kedua tangannya bersedekap.
Dibelainya wajah emak yang terlihat lebih cantik.
Bibirnya sedikit tersenyum seperti orang sedang tidur
55