Page 18 - DOC, NASKAH SIMBOK DR PENERBIT_Gorgeous
P. 18
Adegan 6
Tanah kering, udara seperti tak mau kompromi. Petani padi dan
peternak mulai kepayahan. Kemarau panjang membuat paceklik
di segala bidang. Sudah setahun sembilan bulan lamanya Mega tak
ada kabar berita dari negeri orang. Emak semakin ringkih. Beberapa
hari terakhir hanya terbaring. Kakinya membengkak terkena asam
urat. Matanya katarak. Lima bulan terakhir hanya bisa berobat
lewat ramuan akar-akaran dari kebun rumah karena tidak sanggup
membeli obat rumah sakit. Ndaru lebih ekstra-mengurus Wulan dan
mencarikan rumput untuk kambing. Mega hampir dua tahun tidak
ada kabar berita. Wulan sudah banyak tahu tentang keadaan.
Wulan : “Uti, Wulan pingin sekolah di antari ibu. Kayak teman-
teman. Kapan ibu pulang?” (Menatap lekat emak.) Luar
negeri itu jauh ya, Uti?”
Emak : (Mengusap rambut cucunya.) “Wulan kangen sama ibu?
(Wulan menganggukan kepalanya.) Ibu juga pasti kangen
Wulan. Ibu sebentar lagi juga pulang, membawakan oleh-
oleh yang banyak untuk Wulan. Wulan minta dibawakan
apa?”
(Emak berusaha menenteramkan hati Wulan. Ada perasaan
getir yang menjalar di tubuh renta itu dengan lirih Emak
berkata dalam hati.) “Tak seharusnya cucuku merasakan
kepahitan hidup di usianya yang belia.”
Wulan : “Wulan nggak mau minta apa-apa, Uti. Wulan hanya mau
ibu ngantar Wulan sekolah.”
Emak : “Setiap hari Wulan kan sudah diantar Om Ndaru. Wulan
sayang nggak sama Om Ndaru? (Wulan mengangguk.)
Anak pintar nggak boleh sedih lagi. Kalau Wulan sedih,
mama juga nanti di sana sedih. (Emak menatap Ndaru yang
sedang memutar radio di depan kamar.)
Sudah setahun lebih, tak ada satu pun kabar dari Mega.
Bagaimana keadaanmu di sana, Nduk? Le, coba kamu
tanyakan sama Pakde Parto. Bukankah anaknya Pakde Parto
juga berangkat bareng Mega. Kalau-kalau ada kabar dari
mbakyumu.”
52