Page 16 - DOC, NASKAH SIMBOK DR PENERBIT_Gorgeous
P. 16
pikiran yang beku. Mega yang kalut dan emak sebatang kara
karena perlakuan anak dan menantunya. Mega memeluk erat
buah hati terlelap di gendongannya. Lampu teplok seakan
menyanyikan senandung lara hati wanita yang retak. Emak
duduk di kursi tak jauh dari Mega sembari menembang.
putuku bocah impen kepati-pati
marang bapa-biyung kang gemati
sing sareh yo ngger, kudu teteg atimu marang ungkara
Gusti Pangeran ora sare ngger
nyenyuwuna kanthi diparing pitulung
kamulyanan titi tata tentrem
Emak : “Menjadi ibu bagi seorang wanita adalah kodrat
sekaligus derajat kemuliaan. Tak pernah ada batas
kasih sayang untuk anak-anaknya. Apapun akan
dilakukan. Setiap tangannya mengalirkan doa dan
tidurnya adalah tentang mimpi berupa harapan. Supaya
kelak anak-anaknya mulya, anak-anak bernasib lebih
baik dibanding orang tuanya. Tidak ada yang dibeda-
bedakan. Tidak ada rasa dendam. Hanya pengharapan
doa semoga anak-anak kembali menjadi orang baik.
Kalau bapak Masih hidup, pasti akan sedih.
Kang Mas, (Emak menyebut suaminya, berkeluh kesah
dalam gumamnya lirih.) kula nyuwun ngapura. Aku
nggak bisa jadi ibu yang baik. Nggak bisa menjaga
putramu dadi wong bener.”
Mega : “Hanya orang yang merasa lahir dari batu yang tak
punya hati terhadap wanita, Mak. Mega legawa, pasrah
dengan segala jalan hidup ini. Mega sudah putuskan,
biarkan Mas Gatot mencari kebahagiaan di luar. Sudah
saatnya Mega menata hidup kembali untuk Wulan,
untuk Emak dan Ndaru. Emak masih punya kita.”
Emak :“Tuhan memberikan tanda berupa tali pusar di tubuh
50

