Page 61 - E-Majalah Kriyasadana Edisi 4
P. 61
CERPEN
Salah jika kini Senan tidak setuju pada “Bodoh!” Rutuknya pada dirinya
sosoknya, dimana hujan diibaratkan sendiri sembari memukul pelan
seperti ilustrasi rasa. Setiap rintik hujan kepalanya, anggap saja dirinya
tiba membasahi tanah, Senan bisa sudah gila. Pikirannya benar-benar
melihat segerombol anak kecil tertawa teralihkan saat hari sepenuhnya
lepas yang sangat kontras dengan telah gelap. Gulita menyambutnya
seorang kakek tua yang sedang dalam kegamangan penuh arti.
mengayuh sepeda buruk miliknya.
Aleeya Helena, nama yang melekat
dalam ingatan. Sosok yang berhasil
Seperti air hujan yang turun dari langit, membuat dirinya ikut jatuh dalam
emosi mereka mengalir keluar tertutup pesona hujan, sosok yang selalu
oleh tetesan hujan. Mencoba menutup hadir tanpa diminta dalam
semua rasa yang ada, namun mencoba ingatannya dan sosok yang telah
juga untuk melepaskan rasa yang ada.
lama pergi itu membuatnya
Senandika masih disana. Dalam bertanya-tanya.
diamnya ia sangat berharap rindu yang
selama ini ia pendam dapat diurai. Tidak Gerangan perasaan apa yang
apa jika hanya lewat tatapan saja, asal tanpa ragu hinggap dalam dada.
semua angannya terpuaskan. Rasa bersalah kah atau rasa cinta
dan kehilangan?
61 E-Majalah Edisi 4
N
A
K
A
Y
I
R
A
D
A
S