Page 25 - Flipbook_29_Raflie Rheznandya Ardiza_200731638033
P. 25
Prabu Niskala Wastu Kancana oleh anaknya yang
bernama Tohaan di Galuh. Sayangnya, Tohaan hanya
memerintah tujuh tahun dan hanya ada sedikit kisah
tentangnya dalam Carita Parahyangan. Tohaan akhirnya
digantikan oleh anaknya yang bernama Sang Ratu Jaya
Dewata menurut Carita Parahyangan. Pada prasasti
Kebantenan, Ratu Jaya Dewata diyakini sebagai
susuhunan di Pakuan Pajajaran. Dapat dipastikan pula
Prasasti Batutulis disebut dengan nama Sri Baduga
Maharaja (Soejono, 2009).
Menurut Carita Parahyangan, Sri Baduga
Maharaja menjalankan pemerintahannya berdasarkan
kitab-kitab hukum yang berlaku, sehingga masa
pemerintahannya berjalan dengan aman dan tentram. Pada
masa itu, tidak terjadi perang. Pada masa pemerintahan
Sri Baduga Maharaja, sudah ada penduduk kerajaan
Sunda yang beralih agama. Hal ini antara lain dijelaskan
di dalam berita Portugis, seperti yang sudah dijelaskan
juga sebelumnya tentang berita dari Tome Pires, yang
mengatakan bahwa ada sebuah kota pelabuhan yang
sering dijumpai banyaknya orang Islam (Soejono, 2009).
Mereka inilah yang dalam Carita Parahyangan
disebutkan sebagai orang yang merasa tidak aman
lantaran melanggar Sanghyang Siksa.
Ketika peristiwa itu terjadi, pemerintahan telah
digantikan oleh Prabu Ratudewata. Masa pemerintahan
Prabu Ratudewata diakui sebagai masa yang penuh derita.
21