Page 23 - Flipbook_29_Raflie Rheznandya Ardiza_200731638033
P. 23

Rombongan Sunda waktu itu berangkat dari
        Kawali menuju Cirebon, langsung menggunakan jalur air
        dengan menggunakan kapal laut seperti yang diceritakan

        di Carita Parahyangan bahwa rombongan Sunda itu
        kurang dari seratus orang yang berangkat dari Kawali.
        Patih Gajah Mada berfikir untuk menjadikan satu
        kesempatan, sesuai dengan tujuan dia untuk menaklukkan
        seluruh kerajaan di nusantara, karena hanya wilayah Tatar
        Pasundan yang belum jatuh ke tangan Majapahit
        (Padmawijaya,        2014).     Dalam       pertempuran,       semua
        pasukan Sunda gugur, termasuk Prabu Maharaja dan Putri
        Dyah Pitaloka (Soejono, 2009).
                 Carita Parahyangan memberitakan bahwa sang
        raja masih memiliki seorang anak, bernama Niskala
        Wastu      Kencana.       Ketika     peristiwa     Bubat      terjadi,
        Wastukencana masih kecil, sehingga pemerintahan untuk
        sementara diserahkan kepada pengasuhnya yang bernama
        Hyang Bunisora, yang kemudian bertindak seolah-olah ia

        adalah raja yang sah di Tanah Sunda (Soejono, 2009).
        Namun, menurut Padmajaya, Bunisora Suradipati adalah
        adik dari Prabu Linggabuana yang gugur di Bubat dan
        juga Paman dari Prabu Niskala Wastu Kencana. Bunisora
        merupakan tokoh yang patut diteladani, karena Ia
        merupakan seorang yang sangat religius. Bunisora sendiri
        tidak membalaskan dendam kepada kerajaan Majapahit, ia
        berkata tidak ada gunanya negeri Sunda membalas
        dendam karena sesungguhnya orang yang telah berkhianat



                                                                           19
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28