Page 19 - Wahabi Menuduh NU Menjawab Melestarikan Amaliyah NU
P. 19

Santri NU Menjawab                                                 Imam Ibnu Katsir salah satu ulama tafsir terkemuka dikalangan
                                                                                                 salafi  wahabi  menjelaskan  maksud  QS.  Fathir:  22  diatas  dalam
                                                                                                 tafsirnya juz 6 hal. 542
                 engertian tawassul sebagaimana yang dipahami oleh umat
                 muslim selama ini bahwa tawassul adalah berdoa kepada                                  ةنيابتملا ءايشلأا هذه ىوتست لا امك لىاعت لوقي
           PAllah Subhanahu wa Ta’ala melalui  suatu perantara, baik
           perantara  tersebut  berupa  amal  baik  kita  ataupun  melalui  orang                      امهنيب لب نايوتسي لا يصلباو مىعلأك ةفلتخملا
           sholeh yang kita  anggap mempunyai  posisi lebih  dekat  kepada
           Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadi tawassul merupakan pintu dan                              رولنا لاو تاملظلا يوتست لا امكو يثك نوبو قرف
           perantara doa untuk menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tawassul                            لاو ءايحلأا يوتست لا كلذك رورلا لاو لظلا لاو
           merupakan salah satu cara dalam berdoa.
                                                                                                      مهو ينمؤملل لىاعت للها هبضر لثم اذهو تاوملأا
           Wasilah yang digunakan bisa berupa nama dan sifat  Allah
           Subhanahu wa Ta’ala, amal shaleh yang kita lakukan, dzat serta                                                  تاوملأا مهو نيرفكاللو ءايحلأا
           kedudukan para nabi dan orang shaleh, atau bisa juga dengan
           meminta doa kepada hamba-Nya yang sholeh. Allah Subhanahu                                 “Firman Allah sebagaimana ketidaksamaannya berbagai
           wa Ta’ala berfirman,                                                                       macam perkara yang sudah jelas seperti antara buta dan
                                                                                                  melihat, keduanya tidak ada kesamaan, tetapi keduanya berbeda
                                 َ    َ  ْ  َ    ُ َ ْ َ                                            sebagaimana perbedaan antara gelap dan terang, teduh dan
                                          ْ
                                ةليِسولا ِهليإ اوغتباو                                           panas. Demikian halnya ketidaksamaan antara orang-orang yang
                                            ِ
                                                                                                  hidup dan yang mati, dan inilah perumpamaan yang dibuat oleh
             “Dan carilah jalan yang mendekatkan diri ( Wasilah ) kepada-                        Allah Ta’ala bagi org2 MUKMIN adalah ORANG-ORANG YANG
                              Nya.” (QS.Al-Maidah:35)                                              HIDUP, dan bagi org2 KAFIR adalah ORANG-ORANG YANG

                                                                                                                             MATI.”
           Sementara  kata  “istighotsah”   ةثاغتسا berasal  dari  “al-ghouts”
           ثوغلا yang berarti pertolongan. Dalam tata bahasa Arab kalimat                        Jika QS. Fathir: 22 dipahami sebagai landasan bahwa orang yang

           yang  mengikuti  pola  (wazan)  “istaf’ala” لعفتسا  atau  “istif’al”                  sudah meninggal tidak boleh untuk bertawasul kepadanya, sesuai
           menunjukkan arti pemintaan atau pemohonan. Maka istighotsah                           dengan penjelasan Imam Ibnu Katsir diatas maka ayat tersebut
           berarti  meminta pertolongan. Seperti  kata  ghufron   نارفغ yang                     SALAH unt dijadikan HUJJAH oleh salafi wahabi. Inilah akibat
                                                                                                 menafsirkan  Al-Qur’an  dengan  logikanya  sendiri  tanpa  mau
           berarti  ampunan  ketika  diikutkan  pola  istif’al  menjadi                          mengambil  penjelasan  ulama tafsir yang diancam  dengan  API
           istighfar رافغتسا yang berarti memohon ampunan. Jadi istighotsah                      NERAKA. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
           berarti “thalabul ghouts” ثوغلا بلط  atau meminta pertolongan.                        sbb:




                         Wahabi Menuduh   20   Santri Menjawab                                                 Wahabi Menuduh   21   Santri Menjawab
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24