Page 17 - Wahabi Menuduh NU Menjawab Melestarikan Amaliyah NU
P. 17

Sholeh Al-Utsaimin  dalam  Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyyah,
           hal:  639-640).  Al-Utsaimin mengatakan,  “Hukum asal  dari                           umum  yang  dibatasi  jangkauannya.  Maka  para  ulama  membagi
           perbuatan-perbuatan  baru  dalam  urusan dunia  adalah  HALAL.                        bid’ah  menjadi  dua, BID’AH HASANAH  (baik)  dan BID’AH
           Jadi  bid’ah  dalam  urusan-urusan dunia  itu  HALAL, kecuali                         SYAIYI’AH (buruk).
           ada dalil yang menunjukan akan keharamannya.  Tetapi hukum
           asal dari perbuatan-perbuatan  baru dalam  urusan agama  adalah
           DILARANG, jadi  bid’ah dalam  urusan-urusan agama  adalah                                                      Kesimpulan
           HARAM dan BID’AH, kecuali adal dalil dari Al-Qur’an dan As-
           Sunnah yang menunjukkan keberlakuannya.”                                                        ebagaimana yang ditegaskan oleh Imam Syafii, Al Izz
           Melalui tulisannya yang lain Al-Utsaimin telah melanggar hukum                                  bin Abdis Salam, Imam Nawawi dan Ibnu Atsir ra dan
           yang  dibuatnya  sendiri  dalam  Al-Ibda’  fi  Kamal  Al-Syar’i  wa                       Spara ulama  lainnya  bahwa bidah/masalah  baru yang
           Khathar Al-Ibtida’, hal 13. Dia mengatakan tentang hadits Nabi,                       diadakan ini bila tidak menyalahi atau menyimpang dari syariat,
           ”(Semua  bid’ah  adalah  sesat) adalah  bersifat  general,  umum,                     maka  semua  itu  adalah  mustahab/dibolehkan  apalagi  dalam  hal
           menyeluruh  (tanpa terkecuali)  dan dipagari  dengan kata yang                        kebajikan dan sejalan dengan dalil syara’, maka itu adalah bagian
           menunjuk pada arti menyeluruh dan umum yang paling kuat yaitu                         dari agama.
           kata-kata “kull (seluruh)”. Apakah setelah ketetapan menyeluruh
           ini kita dibenarkan membagi bid’ah menjadi  tiga bagian, atau                         Amal  kebajikan  dan  kebijaksanaan  yang  dilakukan  para
           menjadi lima bagian? Selamanya ini tidak akan pernah benar.”                          sahabat,  kaum salaf  sepeninggal  Rasul  saw itu  diteliti  oleh
                                                                                                 para ulama  dan diuji  dengan Kitabullah,  Sunnah Rasul saw
           Dalam pernyataannya diatas  Al-Utsaimin menegaskan bahwa                              dan kaidah-kaidah  hukum syariat. Bila setelah  diuji ternyata
           “SEMUA BID’AH adalah SESAT”, bersifat general, umum, dan                              baik  maka  prakarsa  tersebut  dinilai  baik  dan  dapat  diterima.
           menyeluruh  terhadap  seluruh bid’ah,  tanpa  terkecuali,  sehingga                   Sebaliknya, bila setelah diuji ternyata  buruk, maka hal
           tidak  ada  bid’ah  yang disebut  BID’AH HASANAH. Namun                               tersebut dinilai  buruk dan dipandang  sebagai bid’ah tercela.
           mengapa dalam pernyataannya yang pertama dia membagi bid’ah
           ada yang HALAL dan yang HARAM? LUCU kan sobat ?!                                      Masalah  yang  telah  dinilai  baik  dan  dapat  diterima  ini  disebut
                                                                                                 bid’ah  hasanah. Karena sesuatu yang diperbuat  atau  dikerjakan
           Berbeda  sekali  ke’arifan  dan  kebijakannya  dalam  menetapkan                      oleh sahabat bukan atas perintah  Allah dan RasulNya itu bisa
           hukum jika dibandingkan dengan ulama-ulama  yang masyhur                              disebut bid’ah tapi sebagai bid’ah hasanah. Ini dalam pandangan
           seperti Imam Nawawi misalnya, dalam memahami  hadits Nabi                             hukum syariat bukan “bid’ah” melainkan “sunnah mustanbathah”
           “SEMUA BID’AH  ADALAH SESAT”, dalam  Syarah Shahih                                    yakni  sunnah  yang  ditetapkan  berdasarkan  “istinbath  atau  hasil
           Muslim, jilid 6 hal: 154, beliau sangat hati-hati dengan kata-kata                    ijtihad”.
           “SEBAGIAN BID’AH ITU SESAT, BUKAN SELURUHNYA.”
           Hadits “KULLU BIDH’ATIN DHOLALAH”, ini adalah kata-kata                               Juga ditulis oleh Mufti Mekkah As Sayyid Muhammad bin Alawiy
                                                                                                 Al Maliki  Al Hasani pada  sebuah makalahnya  yang berjudul.

                         Wahabi Menuduh   16   Santri Menjawab                                                 Wahabi Menuduh   17   Santri Menjawab
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22