Page 95 - Wahabi Menuduh NU Menjawab Melestarikan Amaliyah NU

ُ ْ َ ُ ّ َ ُ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ ُ ٌ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ُّ َ َّ َ َ َ ْ َ
َ
َ
ُ
لوقي ملسو: نِمؤيو مهضعب وعدي نومِلسم موق عِمتيج لا بابحِتسا ف ِةدراولا ِ ثيِداحلأا يب يوولنا عج دقو
ِ
ِ
ِ
ِ
َ
ْ ُ َ ُ ُ َ َ َ ْ َّ ْ ُ ُ ْ َ َّ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ ّ ْ َ
َ
.مهءعد للها باجتسا مهضعب نأب ِهب راسرلإا بابحِتسا ف ِةدراولاو رك ِلذاب رهلجا
لاإ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ ِ
ِ
ِ ِ ِ
َ
َ
َ
ْ
ُّ
َ
َّ
ْ
َ ْ
ُ َ
َ
َ ُ ْ َ
َ ُ
َ ْ َ َ ّ
َ
كردتسملا ف مكالا و يبكلا ف نىابرطلا هاور نولصملا ىذأت وأ ءايرلا فاخ ثيح لضفأ ءافخلإا
ِ
ِ
َ
َ
ْ
ْ
َ
َ
َ
َ
ْ
َّ
َ
ُ َ
ْ
ْ
َ َ
ُ َ َ
ُ َّ ْ
Dari Habib bin Maslamah al-Fihri ra –beliau seorang yang ِهيِف لمعلا ن ِ لأ كِلذ يغ ف لضفأ رهلجاو ومئالنا وَأ
ن
dikabulkan do’anya-, berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW ُ ُ ُ َّ َ ِ َ ِ َّ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ ِ َ ْ َ
َ َ
َ ُ
َّ
bersabda: “Tidak lah berkumpul suatu kaum Muslimin, lalu sebagian ظِقوي هن ِ لأو يِعِماسلا لىإ ىدعتت هتدئاف ن ِ لأو ثركأ
ِ
ِ
mereka berdo’a, dan sebagian lainnya mengucapkan amin, kecuali ُ َ ْ َ ُ ْ َ َ ْ َ ُ َّ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ ْ َ
Allah pasti mengabulkan do’a mereka.” (HR. al-Thabarani dalam هعمس فصريو ركِفلا لىإ همه عمجيو رِكالذا بلق
ِ
ِ
ِ
ِ
al-Mu’jam al-Kabir, dan al-Hakim dalam al-Mustadrak). َ َّ َ َ َ َ ْ َّ ُ ْ َ َ ْ َ
ِ
ِ طاشنلا ف ديزيو مولنا درطيو هليإ
ِ
ِ
ِ
ِ
Mengenai posisi imam setelah salam, banyak pendapat tentang
hal tersebut. Ada yang mengatakan imam menghadap makmum, (تويب ،نايلبا حور ،قيح ليعامسإ ءادفلا وبأ
ada yang mengatakan bagian kanan badan imam mengarah ke
makmum sementara bagian kirinya mengarah ke arah kiblat (untuk .306 ص ،3 ،ج، - ركفلا راد
di Indonesia, menghadap ke Utara). Ada juga yang mengatakan imam “Imam an-Nawawi memadukan antara hadits-hadits yang
tetap menghadap kiblat. Nah, untuk yang terakhir ini dijelaskan oleh menganjurkan (mustahab) mengeraskan suara dalam berdzikir
Sayyid Abdurrahman bin Hasan bin Husain Ba Alawi dalam kitab dan hadits-hadits yang menganjurkan memelankan suara dalam
Ghayatu Talkhish Al Murad min Fatawi ibn Ziyad Hal. 89 berdzikir; bahwa memelankan suara dalam berdzikir itu lebih
utama sekiranya dapat menutupi riya dan mengganggu orang yang
نك نإ ماملإا نأ هيواتف ف رجح نبا ظفالا راتخاو shalat atau orang yang sedang tidur. Sedangkan mengeraskan suara
نأ لوأف مهيتفي وأ مهسردي وأ يمومأملا ركذي نمم dalam berdzikir itu lebih utama pada selain dua kondisi tersebut
karena: pebuatan yang dilakukan lebih banyak, faidah dari berdzikir
ةلبقلا لبقتسيف لاإو مهلبقتسي dengan suara keras itu bisa memberikan pengaruh yang mendalam
kepada pendengarnya, bisa mengingatkan hati orang yang berdzikir,
Artinya : Imam Al-Hafidz Ibn Hajar dalam Fatawinya mengatakan memusatkan perhatiannya untuk melakukan perenungan terhadap
: imam lebih utama menghadap makmum jika memang hendak dzikir tersebut, mengarahkan pendenganrannya kepada dzikir terebut,
memberikan nasehat, pelajaran atau fatwa kepada mereka. Jika menghilankan kantuk dan menambah semangatnya”. (Abu al-Fida`
tidak demikian, maka imam tetap menghadap kiblat. Ismail Haqqi, Ruh al-Bayan, Bairut-Dar al-Fikr, juz, 3, h. 306)
Berikut ini adalah penjelasan Imam an-Nawawi yang dikemukan Ibnu Huzaiman memasukkan hadits di atas daam kitab Shahih-nya,
oleh penulis kitab Ruh al-Bayan. dan memberinya judul, Bab: Raf’u al-Shaut bi al-Takbiir wa al-
Dzikr ‘inda Inqidha’ al-Shalah (Bab: meninggikan (mengeraskan)
Wahabi Menuduh 172 Santri Menjawab Wahabi Menuduh 173 Santri Menjawab