Page 97 - Wahabi Menuduh NU Menjawab Melestarikan Amaliyah NU
P. 97
ْ
َ ُ ُ ْ َ َ َّ ُ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ ُ ْ َ َّ َ bersalaman. Anas bin Malik radhiallahu’anhu dan Asy Sya’bi
ىدهلا يخو ِللها باتِك ِ ثيِدلا يخ نإف دعب امأ mengatakan:
ِ
ٌ َ َ َ َ ْ ُّ ُ َ َ ُ َ ْ ُ ُ ُ ُّ َ َّ َ ُ َ ُ
َ
َ
ةللاض ٍةعدب كو اهتاثدم روملأا شو ٍ دمم ىده اوقلات اذإ ملسو هيلع للها لىص بيلنا باحصأ نك
ِ
ِ
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah اوقناعت رفس نم اومدق اذإو اوحفاصت
kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah “para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika saling
(perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) bertemu mereka bersalaman, dan jika mereka datang dari safar
yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah mereka saling berpelukan”
kesesatan” (HR. Muslim no. 867) Dan terdapat hadits shahih dalam Shahihain, bahwa Thalhah bin
Sehingga para ulama memahami dari dalil-dalil ini bahwa ‘Ubaidillah (salah satu dari 10 sahabat yang dijamin surga) datang
hukum asal ibadah adalah terlarang, kecuali ada dalil yang dari pengajian bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menuju
mengesahkannya. Ka’ab bin Malik radhiallahu’anhu yaitu ketika Ka’ab bertaubat
kepada Allah (atas kesalahannya tidak ikut jihad, pent.). Thalhah
Fatwa Para Ulama Tentang Salam-Salaman Setelah Shalat pun bersalaman dengannya dan memberinya selamat atas taubatnya
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin ketika ditanya mengenai tersebut. Ini (budaya salaman) adalah perkara yang masyhur
hal ini, beliau menjawab: “salam-salaman yang demikian (rutin diantara kaum Muslimin di zaman Nabi Shallallahu’alaihi
setelah shalat) tidak kami ketahui asalnya dari As Sunnah atau Wasallam ataupun sepeninggal beliau.
pun dari praktek para sahabat Nabi radhiallahu’anhum. Namun Dan terdapat hadits shahih dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
seseorang jika bersalaman setelah shalat bukan dalam rangka bahwa beliau bersabda:
menganggap hal itu disyariatkan (setelah shalat), yaitu dalam
rangka mempererat persaudaraan atau menumbuhkan rasa cinta, تتاتح لاإ ناحفاصتيف نايقلاتي يملسم نم ام
maka saya harap itu tidak mengapa. Karena memang orang-orang
sudah biasa bersalaman untuk tujuan itu. Adapun melakukannya اهقرو ةرجشلا نع تاحتي امك امهبونذ امهنع
karena anggapan bahwa hal itu dianjurkan (setelah shalat) maka “Tidaklah dua orang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan,
hendaknya tidak dilakukan, dan tidak boleh dilakukan sampai melainkan berguguranlah dosa-dosanya sebagaimana gugurnya
terdapat dalil yang mengesahkan bahwa hal itu sunnah. Dan saya daun dari pohon”
tidak mengetahui bahwa hal itu disunnahkan” (Majmu’ Fatawa War Maka dianjurkan bersalam-salaman ketika bertemu di masjid
Rasa-il, jilid 3, dinukil dari http://ar.islamway.net/fatwa/18117). atau di shaf. Jika belum sempat bersalaman sebelum shalat, maka
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz menyatakan: “pada asalnya bersalam- hendaknya setelahnya sebagai bentuk keseriusan mengamalkan
salaman itu disyariatkan ketika bertemu antar sesama muslim. Dan sunnah yang agung ini. Diantara hikmahnya juga ia dapat
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam biasa menyalami para sahabat menguatkan ikatan cinta dan melunturkan kebencian. Namun,
nya jika bertemu dan para sahabat juga jika saling bertemu mereka jika belum sempat bersalaman sebelum shalat, disyariatkan untuk
Wahabi Menuduh 176 Santri Menjawab Wahabi Menuduh 177 Santri Menjawab