Page 244 - Pendidikan Pancasila BG KLS 6
P. 244
Kartodirjo, praktik gotong royong termuat dalam Prasasti Baru di Mataram Kuno yang
didirikan pada abad ke-10. Pada masa itu, untuk membangun candi, para penguasa
memerlukan tenaga dari berbagai golongan, baik sudra, kawula, waisya, maupun
brahmana. Setiap golongan memiliki tugasnya masing-masing. Misalnya, kaum sudra
bertugas melakukan hal yang bersifat teknis, seperti memindahkan dan menyusun batu;
kaum waisya bertugas menyediakan makanan, dan kaum brahmana yang menyusun
konsepnya. Dalam agama Hindu, gotong royong diartikan sebagai dana atau seva
yang berarti kerja bakti untuk menghidupkan kuil. Adapun dalam agama Buddha,
gotong royong diartikan berbagi sesuatu yang baik, seperti kasih sayang, tenaga, dan
perhatian yang bertujuan untuk membuat semua makhluk berbahagia.
Para raja pada zaman itu banyak menunjukkan rasa sayang kepada rakyatnya
dengan memberikan ternak sapi ataupun emas. Rakyat tidak membiarkan begitu saja
kebaikan raja, mereka kemudian membalas dengan memberikan tenaga dengan bekerja
secara sukarela membangun fasilitas umum yang digunakan bersama-sama, misalnya
bendungan, jembatan, maupun jalan raya.
Ketika Islam masuk ke Indonesia, gotong royong juga diwarnai dengan nilai zakat,
sedekah, dan wakaf. Meskipun bentuknya berbeda, tetapi ini memiliki semangat dan
nilai yang sama, yaitu gotong royong itu sendiri. Sayangnya, ketika Belanda masuk ke
Indonesia, konsep gotong royong ini kemudian disalahgunakan. Beberapa penguasa
lokal memanipulasi latar belakangnya, misalnya menjadi guru agama supaya layak
mendapatkan zakat dari rakyat.
Selanjutnya, konsep gotong royong ini diaplikasikan dalam bisnis oleh pendiri
Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera, asuransi pertama di Indonesia. Hal ini dilandasi
oleh keyakinan kuat bahwa gotong royong menjadi dasar budaya bangsa Indonesia
sehingga dapat menjadi landasan usaha yang efektif.
Sumber: Trianggoro, Hendaru. (2020)
Asesmen Awal
Guru memberikan beberapa pertanyaan berikut.
a. Apa yang kalian pikirkan ketika mendapat informasi tentang adanya lomba
kebersihan kelas, lomba menghias kelas, atau ketika guru meminta kalian
membersihkan atau menghias kelas?
b. Menurut kalian, apa yang terjadi jika tugas membersihkan atau menghias
kelas dilakukan sendirian?
232 Panduan Guru Pendidikan Pancasila untuk SD/MI Kelas VI