Page 134 - S Pelabuhan 15.indd
P. 134
Kantor dagang Muara Kumpeh akhirnya dibuka kembali pada tahun 1636 dengan
kedatangan Hendrik van Gent. Kedatangannya membawa kekuatan yang lebih
besar dari pendahulunya (Abraham Streck). Pembukaan kembali kantor dagang ini
merupakan awal bangsa Belanda mulai melaksanakan tujuannya untuk monopoli
perdagangan dan menanamkan kekuasaannya atas Jambi.
Sultan Abdul Kahar mangkat pada tahun 1643. Dengan mangkatnya Sultan Abdul
Kahar, tahta kerajaan Jambi diteruskan pada putranya yang bernama Pangeran Depati
Anom yang ketika naik tahta bergelar Sultan Agung Abdul Jalil (1643-1665). Pada
masa pemerintahannya, VOC semakin kuat kedudukannya di Jambi. Kalau pada masa
pemerintahan Sultan Abdul Kohar VOC mendapat ijin mendirikan loji di Muara
Kumpeh, maka pada masa pemerintahan Abdul Jalil VOC melalui suatu perjanjian
mendapatkan monopoli perdagangan lada. Kondisi ini merupakan awal penetrasi
politik VOC Belanda kedalam pemerintahan Kesultanan Jambi.
Pengganti dari Sultan Abdul Jalil adalah putranya yang bernama Raden Penulis yang
ketika naik tahta bergelar Sultan Seri Ingologo (1665-1690). Dalam masa pemerin-
tahannya di Jambi, terjadi peperangan dengan Kerajaan Johor di Semenanjung Tanah
Melayu. Dalam situasi ini VOC mengambil kesempatan dengan menawarkan jasa
membantu Jambi. Berkat bantuan VOC Jambi tampil sebagai pemenang, namun
harga yang dibayar terlalu mahal. Sebagian wilayah Jambi diserahkan kepada VOC.
Akibat dari “bantuan” VOC itu menimbulkan amarah rakyat Jambi. Rakyat marah
karena Belanda memonopoli perdagangan, terlalu dalam ikut campur urusan kerajaan
Jambi, dan perbedaan agama dimana Jambi yang beragama Islam dan Belanda yang
dianggap kafi r. Rakyat marah kepada Belanda, dan pada tahun 1690 pos VOC di
Muara Kumpeh diserbu dan dibakar rakyat. Para penghuni pos seluruhnya dibunuh.
Akibat dari kejadian itu, Sultan Seri Ingologo ditangkap Belanda dan kemudian
dibuang ke Pulau Banda di Maluku. Dalam peristiwa ini Sultan dituduh terlibat
pembunuhan Sijbrant Swart, Kepala kantor dagang VOC Belanda di Muara Kumpeh.
Setelah kejadian peperangan demi peperangan antara Jambi dan Belanda, dimana
sempat beberapa Sultan Jambi gugur dalam peperangan, di antaranya Sultan
Th aha Saifuddin yang gugur pada 26 April 1904 dan dimakamkan di Muara Tebo.
Perlawanan terhadap Belanda diambil alih oleh Raden Mat Tahir bersama beberapa
orang panglima perang. Perlawanan ini juga gagal dan Mat Tahir gugur pada 10
122
September 1907.