Page 135 - S Pelabuhan 15.indd
P. 135

ATLAS  PELABUHAN-PELABUHAN  BERSEJARAH  DI  INDONESIA







            Dengan gugurnya Raden Mat Tahir maka berakhir pula riwayat Kesul tan an Jambi.

            Kompleks kera ton Kesultan an Jambi yang loka sinya di lahan Masjid Agung Jambi
            sekarang dira takan tanah. Seluruh Jambi kemudian disatukan dengan Kerinci
            menjadi satu karesidenan di bawah pemerintahan Hindia-Belanda. Dae rah lain yang
            termasuk Karesidenan Jambi, seperti Sungai Penuh menjadi Afdeeling yang dikepalai

            oleh seorang Asisten Residen. Ibukota Karesidenan Jambi ditetapkan di kota Jambi.

            Dengan berakhirnya masa kesultanan Jambi menyusul gugurnya Sulthan Th aha

            Saifuddin tanggal 27 April 1904 dan berhasilnya Belanda menguasai wilayah-wilayah
            Kesultanan Jambi, maka Jambi ditetapkan sebagai Keresidenan dan masuk ke dalam
            wilayah Nederlandsch Indie. Residen Jambi yang pertama O.L Helfrich yang diangkat
            berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Belanda No. 20 tanggal 4 Mei 1906 dan

            pelantikannya dilaksanakan tanggal 2 Juli 1906.





            7.1   Masa Hindia Belanda


            Sebagaimana kota-kota lain di Nusan tara, terutama kota-kota di Jawa, Sumatera,
            Kalimantan, dan Sulawesi pemerintah Hindia Belanda membangun kota yang
            telah didudukinya dengan sarana dan prasarana layaknya sebuah kota. Di kota
            tersebut sudah barang tentu dibangun rumah kediaman pejabat pemerintah Hindia

            Belanda seperti rumah dinas Residen/Asisten Residen, bangunan menara air untuk
            penyediaan air bersih, rumah sakit, barak-barak militer, dan gereja. Namun tidak
            semua bangunan tersebut masih berdiri. Dengan berbagai alasan, banyak bangunan
            kolonial yang sudah dibongkar.


            Bangunan pemerintah kolonial Hindia Belanda yang dibangun dalam awal abad ke-
            20 adalah bangunan menara air. Bangunan ini terletak di Kelurahan Murni, Kota

            Jambi, sekitar beberapa ratus meter dari tepi sungai Batanghari. Terdiri dari tiga buah
            bangunan menara penam pungan air. Sebuah bangunan yang terletak di tengah lebih
            tinggi, sedangkan dua buah masing-masing sebuah di kiri dan sebuah di kanan lebih
            redah. Kompleks menara air ini sekarang sudah terdaftar sebagai cagar budaya dan
            merupakan kompleks perkantoran PDAM Tirtamayang.


            Pada masa Hindia Belanda di Jambi banyak tinggal saudagar dengan rumah tinggalnya
            yang dibuat dari batu. Pada waktu itu sebagian besar masyarakat mempunyai rumah
                                                                                                               123
            tinggal yang dibuat dari kayu. Salah satu di antara saudagar kaya yang tinggal di Jambi
   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140