Page 158 - S Pelabuhan 15.indd
P. 158
Menurut teori, tempat yang paling baik untuk berlabuh adalah pada sebuah sungai,
agak jauh ke dalam. Tetapi dalam hal ini lebar sungai membatasi per kembang an
pelabuhan bersang kut an. Oleh karena itu banyak pela buhan terletak di muara yang
agak terbuka, atau pada sebuah teluk. Dalam kaitannya dengan “persyaratan” ini,
lokasi Palem bang lebih istimewa lagi, yaitu terletak di sebuah sungai yang lebar dan
dalam (Sungai Musi), agak jauh ke dalam, dan tempat bermuaranya sungai-sungai
besar, seperti Kramasan, Ogan, dan Komering. Dalam jaringan lalu-lintas di sebuah
negeri kepulauan seperti Indo nesia, fungsi pela buhan ialah sebagai penghubung
antara jalan maritim dan jalan darat. Pada jaman dahulu ketika komunikasi dengan
daerah pedalaman lebih banyak menggunakan sungai, maka lokasi pelabuhan dalam
estua rium banyak untungnya. Melalui sungai penduduk dari pedalaman dapat
mengangkut hasil bumi dan hutan ke pelabuhan yang dituju tanpa memerlukan
tenaga yang banyak.
Letak Palembang sejak awal sejarah sudah ada di tepi sungai Musi. Perubahan garis
pantai sejak jaman sejarah hingga sekarang tidak banyak berubah. Dengan demikian,
sejak dulu hingga se karang pelabuhan Palembang merupakan pelabuh an sungai dan
bukan pelabuhan laut yang letaknya di muara sungai.
Wolters sejak awal sudah menempatkan lokasi Palembang sebagai pusat Kadātuan
Śrīwijaya dan letaknya di daerah pedalaman jauh dari pantai laut. Selanjutnya ia
menyatakan bahwa pusat Śrī wijaya di pedalaman mempu nyai keuntungan sendiri,
yaitu pelabuhan-pelabuhannya, pangkalan-pangkalannya yang aman, jaringan-
jaringan sungai yang menciptakan jalur perhitungan dengan daerah pedalaman, dan
jalur rawa yang memben tangkan jauh ke pedalaman dan memberikan perlindungan
terhadap se rang an dari darat (Wolters 1967, 252 dan 342).
Memperkuat dukungan teori bahwa per kembang an nya Palembang tidaklah harus
menjadi kota pelabuhan di pantai, dan perkembangan kota itu bukan akibat lang-
sung dari perdagangan luar negeri. Dalam kaitannya dengan perkembangan kota
Palembang, Miksic melihat bahwa faktor kea daan setempat di Sumatera Selatan
harus diberi pertimbangan sebagai suatu sumberdaya yang pa ling menentukan (1984,
9-24). Kota Palembang mempu nyai keuntungan atas letaknya, yaitu letak dalam satu
ja ringan yang mampu mengendalikan lalu-lintas antara tiga kesatuan wilayah:
• Tanah tinggi Sumatera bagian barat, yaitu Pegu nungan Bukit Barisan;
146 • Daerah kaki bukit (piedmont) dan per temu an anak-anak sungai sewaktu