Page 205 - S Pelabuhan 15.indd
P. 205
ATLAS PELABUHAN-PELABUHAN BERSEJARAH DI INDONESIA
Sebagai kota niaga, kota Batavia dilengkapi dengan kompleks gudang rempah di
bagian barat Ciliwung. Gudang rempah yang dibangun tahun 1652 ini dikenal dengan
nama Gudang Rempah Barat (Westzijsdsche Pakhuizen). Kemudian pada tahun 1663
VOC membangun lagi gudang untuk rempah. Sementara itu, delapan gudang kayu
berupa rumah panggung dibangun pada awal abad ke-19. Gudang Rempah Barat
yang kini masih tegak berdiri, pada waktu itu berfungsi untuk menyimpan barang-
barang dagangan hingga sekitar tahun 1780-an. Pada saat ini berfungsi sebagai
Museum Bahari.
Di sisi timur sungai Ciliwung, VOC juga membangun gudang yang dinamakan
Gudang Sisi Timur (Oostzijdsche Pakhuizen) atau disebut juga Gudang Gandum
(Graanpakhuizen). Kompleks pergudangan ini terdiri dari empat bangunan persegi
panjang, berdiri dengan orientasi baratlaut-tenggara. Gudang tersebut berfungsi
sebagai tempat penyimpanan perbekalan makanan untuk kapal yang akan berlayar.
Perbekalan itu antara lain beras, kacang tanah, kacang hijau, buncis, dan kue-kue
kering (Heuken 1997: 42).
11.4 Pulau Onrust
Pulau Onrust merupakan salah satu pulau dalam gugusan Kepulauan Seribu yang
terdekat dengan pantai Jakarta. Jaraknya sekitar 14 km menuju arah timurlaut dari
pelabuhan ikan Kamal. Penduduk di lingkungan Kepulauan Seribu mengenalnya
dengan nama Pulau Kapal, karena berkaitan dengan peruntukkan pulau ini di masa
lampau yaitu sebagai galangan kapal.
Nama Onrust berasal dari bahasa Belanda yang artinya “tanpa istirahat” atau “sibuk”,
karena kondisi kehidupan di pulau ini tidak pernah berhenti membongkar muat
barang-barang komoditi dan perbaikan kapal-kapal yang rusak. Kapal-kapal Belanda
yang datang dari berbagai penjuru singgah di pulau ini untuk bongkar muat komoditi
perdagangan sebelum Belanda membangun gudang di Pasar Ikan sekarang. Selain itu
ada juga kapal-kapal yang diperbaiki.
Ketika Kesultanan Banten masih berjaya, beberapa pulau di Kepulauan Seribu
termasuk juga Pulau Onrust dijadikan tempat peristirahatan keluarga Sultan Banten.
Namun kemudian, terjadi sengketa kepemilikan dengan Jayakarta. Pihak Jayakarta
193