Page 232 - S Pelabuhan 15.indd
P. 232
di tempat-tempat yang dikunjunginya. Sekitar 15-20 buah kapal layar berangkat dari
pelabuhan Sambas dan 20-30 buah perahu besar lain dari Mempawah untuk tujuan
Singapura dua kali setahun membawa bijih emas (pada waktu itu intan menjadi
produk kedua). Sementara itu, orang-orang Cina membawa sendiri ke negerinya.
Jika didasarkan pada sumber sejarah yang sampai kepada kita, pada masa pertumbuhan
dan perkembangan Islam di Nusantara, Sambas sudah dapat dikatakan kota. Dari
letak geografi snya, seperti halnya kota-kota lain Sambas terletak di muara pertemuan
sungai besar. Kota Sambas dapat dikatakan sebagai sebuah kota yang bercorak maritim
di mana kekuatan militernya terletak pada tentera laut. Dalam hal ini sesuai dengan
alam budaya Melayu yang lebih menekankan pada urusan perdagangan dan kelautan.
Masyarakat kota pusat kerajaan maritim lebih menitikberatkan kehi dup an nya pada
perdagangan, yaitu suatu ciri yang erat berhubungan dengan ke nya taan bahwa para
saudagar lebih sesuai hidup dalam masyarakat kota ber corak maritim. Kekuatan
militernya lebih dititikberatkan pada tentera laut, suatu ciri penting pula dan erat
berhubungan dengan suasana politik serta per luasannya (Lensky 1966, 191-192).
Namun agaknya Kesultanan Sambas bukan merupakan sebuah kesul tanan yang kuat,
karena tidak pernah tampil dalam sejarah nusantara bahkan pernah menjadi bagian
dari Banjarmasin.
Pada zaman setelah kedatangan Islam di Nusantara, di wilayah Kali mantan Barat juga
berkembang agama Islam, namun tidak sepesat kawasan lain di Nusantara. Kerajaan
yang bernuansa Islam di Kalimantan Barat dalam sejarah tidak pernah menjadi pusat
budaya dan siar Islam. Beberapa kerajaan yang terdapat di Kalimantan Barat, seperti
Kesultanan Pontianak, Kesultanan Mem pawah, dan Kesultanan Sambas tidak pernah
“menjadi besar” dan permukim annya bersinam bungan hingga masa sekarang. Ada
petunjuk mungkin kesultanan/per mukiman yang terdapat di Pontianak-lah yang
terus bersinambungan. Namun dalam sejarahnya memerlukan proses yang lama
karena aktivitas yang dilakukan penduduknya kurang dinamis jika dibandingkan
dengan tempat lain di Nusantara. Di sini tidak tampak adanya kerjasama dan
persaingan antar individu atau antar kelompok yang dapat me nimbulkan terjadinya
perkembangan masyarakat yang homeostatis menjadi masya rakat yang kompleks
dan heterogen. Tentu saja, pemi cunya adalah aktiviti perda gangan regional maupun
antarabangsa.
220