Page 254 - S Pelabuhan 15.indd
P. 254
Biasanya pada saat angin muson timur (tenggara) kapal-kapal berangkat ke arah
barat meninggalkan Nusa Tenggara, dan kapal-kapal dari Maluku berdatangan.
Sebaliknya pada saat angin muson barat bertiup, kapal-kapal dagang berdatangan
dari arah barat, dari Malaka dan Jawa, sementara pada saat yang sama kapal-kapal
yang berada di Nusa Tenggara bergerak kearah timur menuju Banda dan Maluku atau
menuju utara kearah Sulawesi, Buton dan Maluku. (Haris 1997:50) Jalur pelayaran
dan perdagangan tersebut terus dilanjutkan sampai abad ke-18, apalagi kapal-kapal
dagang dari orang-orang Eropa, India dan Arab yang mencari rempah-rempah ke
Maluku juga melalui rute yang sama dengan menyusuri jalur selat Malaka, Laut Jawa,
Laut Flores dan Laut Banda.
Akibat kompetisi perdagangan dengan Inggris membuat pemerintah Hindia Belanda
mulai mengembangkan kebijakan perluasan wilayah sejak tahun 1820-an. Kebijakan
inilah yang menjadikan wilayah Hindia Belanda terus berkembang ke wilayah-
wilayah pinggiran Nusantara, termnasuk daerah Nusa Tenggara.
Para penguasa di Lombok menjadi kaya dan makmur bukan karena aktifi tas ekonomi
dan perdagangan yang mereka jalankan namun hasil dari pajak yang mereka tarik
dari para petani. Kekuatan politiklah yang menjadikan mereka kaya. Selain itu
kekayaan Raja Lombok juga berasal dari kontrol atas dua pelabuhan, yaitu Ampenan
di barat dan Labuhanhaji di timur. Banyaknya pedagang Arab dan Cina yang datang
Pelabuhan Ampenan, Lombok
Barat
242