Page 26 - S Pelabuhan 15.indd
P. 26

Barang-barang import dari
                Persia dan Cina yang ada di
                            Nusantara


                                     Adanya perbedaan produk dari masing-masing daerah, kemudian memunculkan
                                     sistem pertukaran dan jual beli di banyak pelabuhan di Nusantara, di mana kapal-
                                     kapal asing dan lokal saling menukarkan barang-barangnya, seperti tekstil, keramik,
                                     sutera, alat-alat logam, beras, dan lain-lain dengan produk-produk setempat. Sejak

                                     itulah wilayah Nusantara bagian tengah dan timur kemudian menjadi jalur pelayaran
                                     dan perdagangan yang cukup ramai.


                                     Dalam dunia pelayaran selama abad ke-16 sampai abad ke-18, pengetahuan tentang
                                     sistem angin dan musim menjadi pengetahuan yang penting untuk dimiliki para
                                     pelaut. Karena bagaimanapun juga kapal layar mereka sangat membutuhkan tiupan
                                     angin yang secara berkala berubah sesuai dengan musimnya. Dengan mengikuti

                                     sistem angin ini maka para pedagang dapat memperkirakan keberangkatan atau
                                     kepulangan perahu-perahu mereka. Bahkan beberapa nama angin diberi nama sesuai
                                     dengan arah angin yang datang ketika kapal sedang berlayar, seperti angin buritan
                                     atau angin haluan, nama yang lain misalnya angin turutan yang mendorong keras

                                     dari arah buritan, angin sakal yang menghambat pelayaran karena bertiup dari depan,
                                     dan angin paksa yang membuat kapal-kapal terpaksa membuang sauh di pelabuhan
                                     atau di teluk demi keamanan dari ancaman badai (Poesponegoro 1984, 101-102).


                                     Letak kepulauan Nusantara di tengah-tengah garis katulistiwa (equator) menyebabkan
                                     di sebelah selatan katulistiwa bertiup Angin Pasat Tenggara dan di sebelah utara
                                     katulistiwa bertiup Angin Pasat timurlaut yang bertiup sepanjang tahun. Namun

                                     karena letak Nusantara adalah di antara benua-benua yang berbeda tekanan udaranya
                                     dan posisi peredaran bumi terhadap matahari, membuat angin yang bertiup berubah
                                     arah ketika melintasi katulistiwa. Angin tenggara berubah menjadi angin baratdaya
                                     sedangkan angin timurlaut berubah menjadi angin baratlaut. Pada bulan-bulan

       14                            Desember sampai Pebruari bertiup angin barat dan pada bulan September sampai
                                     Nopember bertiup angin timur. Pada saat-saat itu kapal-kapal dapat berlayar dari
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31