Page 6 - BAB I
P. 6
Abdul Adzim Irsad
semakin hari semakin mendalam kepada Muhammad SAW, sehingga
terlintas dalam hatinya ingin melamar Rasulullah SAW sebagai
pendamping hidupnya.
Padahal kala itu, tokoh-tokoh Makkah tertarik
mempersunting Khadijah. Khadijah ra, tidak menerimanya, karena
tidak ingin gagal ketiga kalinya. Baginya, yang diperlukan bukan
dunia, tetapi sosok pendamping yang bisa menuntun dirinya menujua
kebahagiaan yang sesungguhnya.
Kekaguman Khadijah terhadap Muhammad semakin hari
semakin bertambah, sampai suatu ketika beliau datang kepada
pamannya Rasulullah SAW yaitu Abu Thalib melamar Muhammad
untuk menjadi pendamping setianya. Khadijah r.a. adalah wanita
3
terbaik sebagai pendamping manusia terbaik Muhammad SAW.
Sebelum menjadi istri Rasulullah SAW, Khadijah r.a sangat
dermawan, santun, sampai-sampai Khadijah ra, mendapat julukan
”Wanita Suci” atau putri Quraisy. Orang Arab Qurais menyebutnya
”The Princess of Mecca”. Allah SWT menjaga teologi Khadijah r.a
dengan sempurna sejak lahir sampai menjadi wanita terbaik sebagai
pendamping Rasulullah SAW.
Berdasarkan literatur, Khadijah ra, berkeyakinan monotisme
(satu Tuhan). Beliau tidak pernah menyembah berhala seperti orang-
orang Qurais umumnya. Padahal kala itu masih Jahiliyah, dimana
berhala, patung dan batu, katu hewan, masih jadi sesembahan. Di
sekitar Ka’bah terdapat 365 berhala.
Wanita masih menjadi obyek lelaki dalam urusan birahi,
model pernikahan masih jahiliyah. Orang-orang Qurais Makkah
masih berkeyakinan ”polythisme (berkeyakinan banyak Tuhan).
4
Setiap kabilah memilih Tuhan dengan nama khusus.
Begitulah kehendak Allah SWT. Tidak mungkin seorang
utusan Allah SWT, mendapatkan pasangan yang tidak sepadan
dengannya. Sifat-sifat Khadijah r.a ternyata sesuai dengan sifat yang
dimiliki suaminya.
3 Ridho, Muhammad, Muhammad Rasulullah SAW hal 49–Darul
Fikr- Beirut.
4 Sayid, A A Razwi. 2007.Sejarah Khodijah Al Qubra (penerbit
Lentera) hlm 27
6