Page 175 - Beberapa Pemikiran Status Tanah dan Dinamikanya
P. 175

tersebut  tidak  sengaja  tidak  dipergunakan  sesuai  keadaan  atau
                sifat dan tujuan pemberian haknya karena pemegang hak tidak
                memiliki kemampuan segi ekonomi untuk mengusahakan,
                mempergunakan, atau memanfaatkan. Sedangkan khusus Tanah
                yang dikuasai Pemerintah (tanah asset Pemerintah) tidak sengaja
                tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan tujuan
                pemberian haknya, karena keterbatasan anggaran Negara/daerah
                untuk mengusahakan, mempergunakan, atau memanfaatkan.
                     Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan, apabila tanah
                HM atau HGB perseorangan atau tanah yang dikuasai Pemerintah
                                      101
                (tanah Asset Pemerintah)  tersebut, Pemegang haknya memiliki
                kemampuan secara ekonomi dan/atau Instansi Pemerintah
                (Pusat/Daerah) memiliki cukup anggaran untuk mengusahakan,
                mempergunakan, atau memanfaatkan tanah sesuai keadaan
                atau sifat dan tujuan pemberian haknya, maka akan meningkat
                statusnya yang semula bukan merupakan objek tanah terlantar,
                akan menjadi objek penertiban tanah terlantar.
                     Dengan memperhatikan bahwa uraian tersebut di atas, maka
                yang termasuk objek tanah terlantar:

            101  Tanah Asset Pemerintah. Yang berupa tanah menurut ketentuan Pasal 49 UU
                Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara harus disertipikatkan
                atas  nama  pemerintah  RI/Pemerintah  Daerah  yang  bersangkutan.  Yang
                termasuk dalam pengertian tanah asset pemerintah/pemerintah daerah adalah
                a. tanah-tanah bukan pihak lain dan yang telah dikuasai secara fisik ileh instansi
                pemerintah; b. tanah-tanah bukan pihak lain yang dikelola dan dipelihara/
                dirawat dengan dana dari isntansi Pemerintah; c. Tanah-tanah bukan pihak
                lain yang telah terdaftar dalam Daftar Inventaris Instansi Pemerintah yang
                bersangkutan; d. Tanah-tanah sebagaimana tersebut pada huruf a s/d b dan
                c, baik yang sudah ada sertipikatnya maupun yang belum ada sertipikatn
                tanahnya; e. tanah yang secara fisik dikuasai atau digunakan/dimanfaatkan oleh
                pihak lain berdasarkan hubungan hukum yang dibuat antara pihak lain dengan
                instansi Pemerintah dimaksud. Sedangkan tanah yang tidak termasuk asset
                Pemerintah, yaitu tanah kepunyaan pihak lain yang dikuasai atau dimanfaatkan/
                digunakan oleh instansi Pemerintah, atau sering dipakai istilah “tanah dalam
                penguasaan”. Terhadap tanah yang demikian perlu dilakukan penelitian lebih
                lanjut, apakah status tanahnya berstatus tanah Negara atau tanah hak. Jika
                berstatus tanah Negara, maka perlu dijadikan asset Pemerintah dan diajukan
                permohonan hak atas tanahnya kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
                setempat. Sarjita, (2005), Pelaksanaan Urusan Pertanahan Dalam Era otonomi
                Daerah, Yogyakarta, Tugujogja Pustaka: 41-42. Kemudian untuk pengelolaan
                Barang Milik Negara/Daerah pengaturanya dilakukan dengan PP Nomor 6
                Tahun 2006 Jo. PP Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas PP Nomor 6
                Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.


                                          160
   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180