Page 45 - Beberapa Pemikiran Status Tanah dan Dinamikanya
P. 45

12 penggantian kepada Desa Perdikan yang meninggal, calon
                diajukan oleh PegawaiPegawai Pemerintah dari anak-anak lelaki
                atau keturunan lainnya, jika tidak ada dipilih dari sanak saudaranya
                yang paling dekat atau dari para ulama yang terkemuka (Sistem
                geneologis atau ikatan darah); Staatsblad 1853 No. 77 Desa
                dibebaskan dari kewajiban membayar pajak; Staatsblad 1878
                No. 47 Kepala Desa Perdikan diangkat dan diberhentikan oleh
                Gubernur Jenderal; Governement Besluit tanggal 13 September
                1887 Nomor 3 (Bisjblad No. 4738) yang memperbaharui Bijblad
                4027 dan 4028) Dengan Bijblad Nomor 7847 pada tahun 1912
                dilakukan pembaharuan sehingga jumlah Desa ternyata turun dari
                244 buah Desa Perdikan menjadi 170 Desa dan 13 Pedukuhan.
                Desa yang dimerdekakan, berasal dari tanah pemberian raja kepada
                seseorang atas jasanya kepada raja atau untuk kepentingan lain
                yang dipandang perlu oleh raja. Desa ini dibebaskan dari kewajiban
                terhadap raja sebagaimana desa lainnya. Bebas dari pembayaran
                landrente kepada pemerintah (ada yang membayar separo). Kepala
                Desa Perdikan, sebutannya Demang. (Mochammad Tauchid: 201)
                Asal dari perkataan merdika, sedang perkataan merdika asalnya
                dari Sanskrit maharddika:  Tuan,  Tuanku, Meester, Sir. Desa
                Perdikan sudah ada sejak Zaman Agama Hindu di Jawa. Wilayah
                Desa  Perdikan  ini  diberikan  raja-raja  sebagai  anugerah  kepada
                orang-orang atau desa desa tertentu, yaitu berupa kebabasan
                dari membayar pajak atau melaksanakan wajib kerja kepada raja
                atau kepala daerah. Desa Perdikan ini langsung di bawah raja,
                tidak berada di bawah perintah pegawai-pegawai raja (Pangeran,
                Adipati, Bupati), tetapi langsung berhubungan dengan raja.
                Alasan ditetapkannya Desa Perdikan untuk memajukan agama;
                memelihara makam raja-raja atau orang lain yang dimuliakan
                dan dianggap keramat; memelihara pertapaan, pesantren, langgar,
                masjid; memberi ganjaran (penghargaan) kepada orang atau desa
                yang pernah berjasa kepada raja. Pengelompokan/Penggolongan
                Desa Perdikan (Renaya Anggiarni: 29). Desa Perdikan yang
                dibebaskan dari pembayaran pajak dan melakukan wajib kerja,
                dengan dibebankan kewajiban, supaya memelihara makam-
                makam, memelihara kepentingan agama, dsb-nya. Desa Perdikan



                                          30
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50