Page 53 - Beberapa Pemikiran Status Tanah dan Dinamikanya
P. 53
Secara terminologis, peristilahan atau sebutan masyarakat adat,
juga digunakan oleh Departemen Sosial dengan istilah suku-suku
bangsa terasing. Sedangkan Koentjaraningrat menggunakan istilah
masyarakat yang diupayakan berkembang. Kemudian Kusumaatmadja
menggunakan istilah kelompok penduduk rentan primitife, peladang
berpindah, orang minoritas (minorities), orang gunung (highlanders).
Terminologi penggunaan sebutan “masyarakat adat” telah mendapatkan
kesepakatan secara aklamasi dalam Konggres Masyarakat Adat
Nusantara yang diselenggarakan di Jakarta, 15-22 Maret 1999.
Pada umunya mereka (masyarakat adat) tersebut menduduki dan
mendiami wilayah yang sangat kaya mineral dan sumber daya alam
lainnya. Sebagai Contoh, Daerah Reservasi (bagi orang Indian) di
4
Amerika Serikat yang dianggap sebagai daerah yang kurang berharga
pada abad ke-19, tetapi kini daerah tersebut terbukti menyimpan
sejumlah besar cadangan mineral, kayu, margasatwa, dan sumber
air. Diperkirakan 65% cadangan uranium Amerika Utara terdapat di
daerah reservasi Indian Amerika. Wilayah Reservasi ini merupakan
tempat bagi 80% penambangan uranium yang dilakukan di AS dan
pemrosesan uranium seluruhnya (100%) dilakukan di daerah resevasi
ini. Contoh di Indonesia , adalah ditemukannya cadangan tembaga
5
dan emas di oleh James Robert “Jim Bob” Moffett sebagai Chief Executif
Officer (CEO), bahwa di Grasberg (Tenogoma-Enagasin). Daerah ini
mengandung cadangan tembaga nomor tiga terbesar dan cadangan
emas nomor satu terbesar di dunia.
Mereka disebut indigenous karena akar turum temurun kehidupan
mereka menjadi satu kesatuan tak terpisahkan dengan tanah dan
wilayah di mana mereka huni, atau akan huni (dalam arti kembali
di wilayah tersebut setelah mengalami peminggiran atau pengusiran
paksa). Mereka juga disebut peoples karena merupakan komunitas yang
4 Rafael Edy Bosco, Ibid. Opcit.: 84-85.
5 August Kafiar, (1999), Peranan PT. Freeport Indonesia Dalam Pembangunan
Masyarakat Dan Daerah Irian Jaya (Makalah disampaikan pada Seminar
Nasional Pertanahan Irian Jaya, IMTB-IRJA STPN dengan IPMIRJA, Yogyakarta,
26-27 Nopember 1999.: 3-4.
38