Page 93 - Beberapa Pemikiran Status Tanah dan Dinamikanya
P. 93

Pendapat lain dikemukakan oleh Gunawan  Wiradi  dalam
                                                                   48
            kaitannya dengan bentuk atau status penguasaan tanah tradisional,
            yang terdiri atas: a. tanah yasan, yasa, atau yoso, yaitu tanah di mana
            hak seseorang atas tanah itu berasal dari kenyataan bahwa dia atau
            leluhurnya  yang  pertama-tama  membuka  atau  mengerjakan  tanah
            tersebut. Hak atas tanah ini memperoleh status yuridis dalam UUPA
            (UU Nomor 5 Tahun 1960) dikonversi menjadi tanah milik ; b. Tanah
                                                                 49
            norowito, gogolan, pekulen, pelayangan, kesikepan, dan sejenisnya adalah
            tanah pertanian milik bersama, yang daripadanya para warga desa dapat
            memperoleh bagian untuk digarap, baik secara bergilir maupun secara
            tetap, dengan syarat-syarat teretntu. Untuk memperoileh hak garap ini,
            pada umunya diperlukan syarat bahwa si calon itu statusnya menjadi
            tanah milik bagi penggarapnya yang terakhir. Hal ini dalam Ketentuan
            UUPA dikonversi menjadi Hak Pakai untuk tanah yang sifatnya
            bergiliran, dan yang sifatnya tetap menjadi hak milik; c. Tanah Titisoro,
            bondo deso, kas desa, adalah tanah milik desa yang biasanya disewakan,
            diskapkan, dengan cara dilelang kepada siapa yang mau menggarapnya.
            Hasilnya dipergunakan sebagai anggaran rutin ataupun pemeliharaan
            desa, seperti memperbaiki jalan, jembatan, masjid, dll. Hal yang sama
            berlaku juga untuk tanah sanggan, yaitu berupa tanah sawah di Jawa
            milik/kepunyaan Desa yang hasilnya untuk memperkuat Kas Desa.
            Seorang yang menggunakan tanah dengan Hak Sanggan mempunyai
            wewenang  pemilikan  yang  sifatnya  sementara,  misalnya  menyewa
            dari Desa. Sesuai ketentuan UUPA, hak seseorang tersebut dikonversi
            menjadi Hak Pakai; d. Tanah bengkok, yaitu tanah yang diperuntukan
            bagi pejabat desa terutama lurah, yang hasilnya dianggap sebagai gaji
            selama mereka menduduki jabatan itu.




            48   Gunawan Wiradi, Pola Penguasaan Tanah dan Reforma Agraria” dalam SMP.
                Tjondronegoro dan Gunawan Wiradi,  Dua Abad Penguasaan Tanah Pola
                Penguasaan Tanah Pertanian Di Jawa dari Masa ke Masa, Jakarta, PT. Garmedia,
                1984: 293.
            49   Bandingkan dengan pengertian dalam Buku Petunjuk Teknis Tata Pendaftaran
                Tanah Buku I Pendaftaran Tanah Secara Sistematik, Badan Pertanahan Nasional,
                Jakarta, 1999: 58.


                                          78
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98