Page 103 - Kebijakan Reforma Agraria di Era SBY
P. 103
tersebut selalu berhasil memecahkan batu. Akan tetapi, ada
satu waktu di mana sang pemuda tidak bisa memecahkan batu,
meskipun dia telah memukulnya ratusan kali. Sang pemuda pun
menyerah dan tidak lagi mau memecahkan batu tersebut dan
hendak pulang ke rumah. Ketika ingin meninggalkan tempat
pemecahan batu tersebut, ia bertemu dengan kakek tua. Kakek
tua tersebut bertanya kepada sang pemuda. Sang pemuda
menjawab bahwa ia tidak mau lagi memecahkan batu tersebut.
Sudah ratusan pukulan dilayangkan pemuda tersebut, tetapi batu
itu tidak kunjung pecah. Melihat pemuda yang putus asa, sang
kakek kemudian memukul batu tersebut. Satu, dua, tiga, dan
pada pukulan kelima, batu itu pun pecah. Sang pemuda terheran-
heran melihatnya. Ia pun menganggap bahwa kakek tersebut
sangat sakti. Menanggapi hal itu, sang kakek mengatakan kalau
dia tidaklah sakti. Ia hanya meneruskan apa yang telah dilakukan
pemuda tersebut. Kebetulan batu tersebut memang baru pecah
jika pukulan yang ratusan kali tersebut ditambah dengan lima
pukulan lagi.
Dari cerita tersebut, Joyo Winoto hendak memberikan
semangat kepada para petani dan aktivis reforma agraria bahwa
jangan menyerah pada situasi terkini. Meskipun sudah beratus-
ratus kali berjuang dan kelihatannya perjuangan tersebut
tidak kunjung dimenangkan, tetapi jangan sampai patah arang.
Perjuangan harus dilanjutkan karena bukan tidak mungkin
sesungguhnya perjuangan tersebut tinggal membutuhkan
beberapa waktu saja.
Kisah di atas adalah cerita yang sering diperdengarkan Joyo
Winoto saat bertemu dengan para petani dan aktivis reforma
agraria. Kisah ini pula yang mendekatkan hubungan antara Joyo
86 Kebijakan Reforma Agraria di Era Susilo Bambang Yudhoyono