Page 106 - Kebijakan Reforma Agraria di Era SBY
P. 106
tentara. Ia mengatakan bahwa presiden menyediakan ideologi dan
tentara menyediakan mesin otoritas yang koersif. Pada masa ini
pula, terdapat banyak perkebunan yang sebelumnya dikerjakan
oleh perusahaan-perusahaan Eropa, kemudian dinasionalisasi
oleh pemerintah Indonesia dan selanjutnya diserahkan
pengelolaannya kepada tentara. Di tengah pergulatan antara
Soekarno dan tentara, terdapat juga satu gerakan revolusioner
yang cukup penting dan mewarnai dinamika masyarakat dan
politik di masa itu, yakni keberadaan Partai Komunis Indonesia
(PKI). PKI yang semenjak 1951 di bawah kepemimpinan Dipa
Nusantara Aidit melakukan pendekatan parlementer dan juga
pengorganisasian massa di pedesaan yang membuatnya menjadi
satu kekuatan yang sangat signifikan.
Berdasarkan temuan di lapangan, peneliti mendapat
cerita dari beberapa orang tentang pengalaman masa lalu dan
pengaruhnya memaknai reforma agraria. TRM, seorang petani
penggarap, mengatakan bahwa alasan yang membuatnya
melakukan perjuangan menuntut hak atas tanah adalah karena
TRM mempunyai imajinasi tentang tanah dan kesejarahannya.
Baginya, cerita dari orang tuanya, bahwa mereka pernah
melakukan trukah (baca: pembukaan lahan), membuat TRM
merasa berhak atas kepemilikan lahan tersebut.
Bila merunut sejarah land reform di Indonesia, keberadaan
land reform tidak terlepas dari imajinasi para pendiri republik
ini terhadap keberadaan Agrarische Wet/UU Agraria 1870.
Kebijakan agraria tersebut menjadi dasar bagi legitimasi Belanda
untuk melakukan akumulasi modal perusahaan-perusahaan
perkebunan Eropa yang memproduksi komoditas eksport,
seperti kopi, gula, karet, dan lain-lain. Implementasi agrarische
Atrikulasi Kepentingan Petani 89