Page 37 - Kebijakan Reforma Agraria di Era SBY
P. 37
solidaritas antarpetani. Tetapi, pada tahap lanjutannya juga
memobilisasi kekuatan eksternal. Hal lain yang juga menjadi
titik bidiknya adalah bagi petani Cipari, tanah bukan sekadar alat
produksi maupun sumber ekonomi, melainkan memiliki nilai
sosial-kultural, bahkan lebih dari itu, yakni nilai spiritual (religi).
Penelitian terbaru tentang Cipari dilakukan oleh Saleh
(2020). Penelitian yang merupakan disertasi ini membedah
kegagalan reforma agraria di Cipari. Dalam disertasinya Saleh
mengungkapkan bahwa Birokrasi Level Bawah (BLB) mempunyai
peran yang besar sebagai penyebab kegagalan reforma agraria
yang diimplementasikan di Cipari.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan sebagaimana telah
disebutkan di atas, terdapat hasil review yang dapat dijadikan
acuan yang membedakan penelitian sebelumnya dengan
penelitian yang saya lakukan. Hasil review tersebut menemukan
bahwa: (1) reforma agraria pada era 1960-an lebih banyak
diimplementasikan pada tanah pribadi (tuan tanah), sedangkan
pada era selanjutnya adalah pada tanah negara; (2) reforma
agraria yang genuine harus dimulai dengan redistribusi tanah,
tetapi redistribusi tanah saja tidak cukup, perlu ada sarana
pendukung lain baik dalam bentuk kebebasan untuk membangun
koperasi, adanya sarana prasarana, dan dukungan kredit; (3)
Beberapa penelitian sebelumnya telah mengkaji faktor penyebab
kegagalan reforma agraria.
Berdasarkan hasil review tersebut, tampak bahwa penelitian
yang dilakukan selama ini telah merambah pada objek tanah
negara dan menilik pentingnya reforma agraria (baca: bukan
hanya land reform semata), serta telah mampu melihat secara
kritis, termasuk kegagalan implementasi reforma agraria yang
20 Kebijakan Reforma Agraria di Era Susilo Bambang Yudhoyono